Presiden Obama yang mulai diragukan oleh pendukungnya akan mencoba mengambil keuntungan dalam rangkaian kunjungan satu minggu ke Asia. Dia akan menghadiri KTT ASEAN di Singapura, dengan berniat membangun dan meningkatkan hubungan penting dengan sekutu dan negara pesaing di wilayah itu. Upaya peningkatan hubungan dengan pesaingnya membuka sinyalemen bahwa negara adi daya itu memang sedang tidak berdaya. Dia akan membicarakan sejumlah besar masalah yang mengganggu seperti perdagangan global, nilai mata uang Cina dan hutang Amerika, serta urusan dengan Korea Utara dan Birma ditambah dengan masalah perubahan iklim. “Hubungan saling menguntungkan” Langkah itu menurut Ben Rhodes, pejabat senior di Dewan Keamanan Nasional, merupakan pertanda jelas akan "komitmen kuat presiden untuk bekerja sama secara menyeluruh dengan mitra Asia". Amerika Menganggap Asia adalah wilayah penting, terutama dari segi keamanan, Cina sebagai kekuatan Asia yang sudah melampaui dominasi Amerika di berbagai sektor ekonomi, perdagangan, politik dan militer menjadi kekuatan yang tidak mungkin dihadapinya saat ini. Tahun depan pertumbuhan ekonomi di wilayah Asia diperkirakan mencapai 7%.
Dalam perjalanannya Obama, bertujuan mengirim pesan bahwa Washington masih merupakan pemain yang kuat di wilayah sekaligus upaya untuk meyakinkan kekhawatiran sekutu Amerika sendiri terhadap kekuatan Cina untuk menguasai wilayah.

Adu kekuatan
Seorang pejabat senior Amerika Serikat baru-baru ini mengatakan bahwa "Cina ada di mana-mana, pekerja asal Cina ada di berbagai wilayah mulai dari India hingga Birma sampai Iran". Dia menambahkan bahwa Amerika memandang Cina mengambil alih pengaruh secara ekonomi di sebagian wilayah dunia."Menurut saya pandangan yang ada di Asia adalah bahwa pengaruh Amerika di wilayah itu menurun sementara pengaruh Cina meningkat," ujar Jeffrey Bader, yang mengurus masalah kebijakan Asia di Dewan Keamanan Nasional. "Salah satu pesan yang dibawa oleh presiden dalam kunjungan ini adalah bahwa kami satu negara Asia-Pacifik dan kami berniat untuk terus dalam posisi itu."Secara mengejutkan Bader cukupterus terang saat membicarakan pentingnya hubungan dengan Beijing.Setelah menyebut masalah dalam agenda kunjungan, dia mengakui bahwa tidak satupun agenda Amerika ini "akan sukses tanpa kerjasama dengan Cina". Para pemimpin Cina tampaknya akan gembira dengan pernyataan ini dan besarnya kekuatan yang diakui oleh Amerika Serikat. Bader menambahkan bahwa pemerintah Amerika tidak pernah memandang hubungan itu sebagai "siapa kuat dia menang, tetapi hubungan yang tentu saja ada perbedaan, dan akan saling bersaing di sejumlah sektor. Tetapi kami ingin memaksimalkan sektor-sektor yang bisa dijadikan ajang kerjasama karena tantangan global tidak akan bisa dicapai jika hal itu tidak dilakukan. Jaminan Pemerintah Obama menerapkan pendekatan pragmatis dengan sekutu dan saingannya – tetapi pendekatan ini masih belum membuahkan hasil. Kubu pengkritik pemerintah Obama mengatakan presiden bersikap terlalu mengakomodir baik dengan Cina atau Rusia. "Kebijakan yang disebut 'jaminan
strategis' ini bertujuan meyakinkan Cina bahwa Amerika Serikat tidak berniat menghambat mereka semakin berkuasa. Rincian kebijakan itu masih belum jelas, tetapi sama dengan kebijakan 'memulai dari awal' dengan Rusia, kebijakan itu akan membuat sekutu Amerika merasa khawatir," tulis Robert Kagan dari Carnegie Endowment for International seperti dimuat harian Washington Berbeda dengan pandangan pemerintah terhadap hubungan itu, Kagan mengatakan bahwa "untuk Cina - yang bersikap realistis - persaingan dengan Amerika di Asia Timur adalah bersifat siapa kuat yang menang". Para akademisi juga terus membicarakan arti 'jaminan strategis' ini. Para pengkritik mengatakan kalimat itu lebih bersifat seperti menyenangkan pihak lain, sementara pendukungnya mengatakan kebijakan itu menginginkan Beijing juga memberi jaminan. Setidaknya itu yang dikatakan oleh wakil menteri luar negeri Jim Steinberg saat mengajukan istilah tersebut. "Cina harus meyakinkan seluruh dunia bahwa pembangunan dan peran globalnya yang semakin besar tidak akan membahayakan keamanan dan kesejahteraan Negara lain. Para pakar Asia akan memperhatikan apakah Amerika akan lebih menekan Cina dengan kebijakan itu dalam perjalanan kali ini. Salah satu tekanan itu kemungkinan muncul di Tokyo. Di sini presiden akan berpidato dan dia diperkirakan akan menegaskan kembali keeratan persekutuan Washington dengan Jepang. Diragukan di dalam negeri kini di luar negeri Obama harus meyakinkan Beijing yang dalam praktek politiknya sulit di tebak. Popularitas Obama semasa kampanye tak mampu menopang kinerjanya, Amerika menjadi semakin lemah dan mulai kehilangan pengaruhnya. Langkah politik pragmatis Obama dinilai justru makin melemahkan Amerika sendiri. (beberapa sumber & BBC Indonesia)

0 komentar