Perjuangan Melawan Neoliberalisme
Neoliberalisme adalah paradigma ekonomi politik yang mengacu pada berbagai kebijakan dan proses di mana segelintir kepentingan swasta mengontrol sebesar mungkin kehidupan sosial agar dapat memaksimalkan keuntungan pribadi mereka. Selama dua dekade neoliberalisme telah menjadi tren ekonomi politik global yang dominan dan diadopsi oleh partai-partai politik di tengah dan banyak partai-partai kiri tradi sional* maupun kanan. Partai-partai ini dan kebijakan yang mereka terapkan mewakili kepentingan mendesak para investor yang sangat kaya berupa perusahaan besar yang jumlahnya kurang dari seribu.
Di samping kalangan akademisi dan anggota komunitas bisnis, istilah neoliberalisme kebanyakan tidak diketahui maupun digunakan oleh
khalayak luas, terutama di Amerika Serikat. Di sana justru kebalikan nya,inisiatif neoliberal dikarakterkan sebagai kebijakan pasar bebas yang mendorong usaha swasta dan pilihan konsumen, menjunjung tanggung-jawab pribadi dan inisiatif bisnis, dan menghabisi tangan mati pemerintah yang tidak kompeten, birokratik dan parasitik, yang tak pernah dapat berbuat baik bahkan bila niatnya baik, dan itu pun jarang ada.
Selama satu generasi, upaya-upaya hubungan masyarakat (public relations) telah memberikan istilah dan ide ini aura yang hampir sakral. Hasilnya, klaim-klaim yang mereka ajukan jarang butuh dibela, dan itu dilakukan untuk merasionalisasikan segalanya dari mengurangi pajak bagi kaum kaya dan mempreteli regulasi lingkungan hidup hingga melucuti pendidikan umum dan program-program kesejahteraan sosial. Memang, segala aktivitas yang dapat mengganggu dominasi korporasi
terhadap masyarakat, otomatis dicurigai; karena itu akan mengganggu
mekanisme pasar bebas, yang diajukan sebagai satu-satunya hal yang dapat mengalokasikan barang kebutuhan dan jasa secara rasional,
adil, dan demokratik.
Saat tampil paling lihai, para proponen neoliberalisme terdengar seakan-akan mereka melayani rakyat miskin,lingkungan hidup, dan semua orang ketika mereka menerapkan kebijakan atas nama segelintir kaum kaya.Konsekuensi ekonomi dari kebijakan-kebijakan hampir di mana pun adalah sama, dan tepat seperti yang bisa kita duga: meningkatnya ketimpangan sosial dan ekonomi secara massif, memperparah kesengsaraan negeri-negeri termiskin dan rakyat di dunia secara nyata, bencana bagi lingkungan hidup secara global,ekonomi global yang tak stabil dan bonanza yang tak ada duanya bagi kaum kaya.
Dihadapkan pada fakta-fakta ini, para pembela tatanan neoliberal mengklaim bahwa hasil penjarahan terhadap kehidupan rakyat pasti akan menyebar ke massa luas penduduk - asalkan kebijakan neoliberal yang memperparah problem tidak diganggu.Akhirnya, kaum neoliberal tidak
mampu dan tidak menawarkan pembelaan empiris bagi dunia yang sedang mereka buat. Sebaliknya,mereka menawarkan - bahkan menuntut - keyakinan relijius terhadap kebenaran mutlak pasar yang tak diregulasi, yang diambil dari teori-teori abad kesembilan-belas yang sangat sedikit relevansinya dalam dunia nyata.
Kartu as terakhir para pembela neoliberalisme, walau demikian, adalah bahwa tidak ada alternatif lain. Masyarakat komunis, demokrasi sosial, dan bahkan negara kesejahteraan yang moderat seperti Amerika Serikat telah gagal, demikian klaim kaum neoliberal, dan para warganya telah menerima neoliberalisme sebagai jalan satu-satunya yang mungkin. Ia mungkin tak sempurna, tapi itulah satu-satunya sistem ekonomi yang mungkin. Pada awal abad keduapuluh, beberapa kritikus menyebut fasisme sebagai "kapitalisme tanpa sarung tangannya",artinya fasisme adalah kapitalisme murni tanpa hak-hak demokratik dan organisasi. Faktanya, kita mengetahui bahwa fasisme jauh lebih kompleks dari itu. Neoliberalisme, di sisi lain,memang "kapitalisme tanpa sarung tangan." Ia mewakili suatu era di mana kekuatan bisnis lebih kuat dan lebih agresif, serta menghadapi oposisi yang lebih tak terorganisir dibandingkan sebelumnya.
Dalam iklim politik ini mereka mencoba menyusun kekuatan politik mereka dalam semua lini yang dimungkinkan,dan sebagai hasilnya kekuatan bisnis semakin sulit ditentang, serta masyarakat sipil (non-pasar, non-komersial, dan demokratik) dapat dikatakan hampir tidak ada.Justru pada penindasannya terhadap kekuatan-kekuatan non-pasar ini lah kita melihat bagaimana neoliberalisme beroperasi bukan saja sebagai sistem ekonomi, tapi juga sebagai sistem politik dan budaya. Di sini terdapat perbedaan mencolok dengan fasisme,yang berdasarkan rasisme dan nasionalisme membenci demokrasi formal dan gerakan sosial yang sangat termobilisasi. Neoliberalisme berjalan paling baik ketika terdapat demokrasi elektoral, tapi ketika penduduknya dijauhkan dari informasi,akses, dan forum-forum publik yang dibutuhkan bagi partisipasi bermakna dalam pengambilan keputusan.Sebagaimana dituturkan oleh guru neoliberal Milton Friedman dalam Capitalism and Freedom, karena
penciptaan-profit adalah esensi demokrasi, pemerintah mana pun yang mengupayakan kebijakan anti-pasar adalah anti-demokratik, tak peduli sebesar apa pun dukungan rakyat terdidik terhadap mereka.
Maka yang terbaik adalah membatasi kerja pemerintahan dalam melindungi kepemilikan swasta dan mempertahankan kontrak perjanjian yang ada, serta membatasi debat politik pada isu-isu yang tak penting. (Persoalan yang penting seperti produksi dan distribusi sumber daya serta organi sasi sosial harus ditentukan oleh kekuatan pasar.)Berbekal pemahaman demokrasi yang sesat ini, kaum neoliberal seperti Friedman tidak keberatan dengan aksi militer penggulingan pemerintahan Allende di Cili yang terpilih secara demokratik, karena Allende mengganggu kontrol bisnis dalam masyarakat Cili. Setelah lima belas tahun berada di bawah kediktatoran yang seringkali brutal dan liar -semuanya atas nama pasar bebas yang demokratik - demokrasi formal dihidupkan kembali pada 1989 dengan konstitusi yang sangat mempersulit,kalau tak bisa dibilang tak memungkinkan, bagi warga negara untuk menentang dominasi militer-bisnis dalam masyarakat Cili. Itulah demokrasi neoliberal secara
ringkas: perdebatan remeh-temeh tentang isu-isu yang tak penting oleh partai-partai yang pada dasarnya mengupayakan kebijakan yang sama-sama pro-bisnis,terlepas dari perbedaan formal dan perdebatan kampanye. Demokrasi dibolehkan selama upaya mengontrol bisnis berada di luar pembahasan atau perubahan oleh rakyat, dengan kata lain, selama itu bukan demokrasi.Sistem neoliberal dengan demikian memiliki produk sampingan yang penting dan dibutuhkannya - warga negara yang ter depolitisasi, ditandai oleh apatisme dan kesinisan. Bila demokrasi elektoral hanya berdampak kecil dalam kehidupan sosial, tidaklah
rasional memberikannya banyak perhatian; di Amerika Serikat, lahan
berkembang-biaknya demokrasi neoliberal, jumlah pemilih dalam
pemilihan kongres tahun 1998 mencatat rekor terendah, dengan
hanya sepertiga warga dengan hak pilih hadir di tempat pemungutan
suara. Walau terkadang ini menjadi kekuatiran partai-partai besar seperti Partai Demokrat AS yang cenderung mengincar suara dari mereka yang dimiskinkan, rendahnya jumlah pemilih cenderung diterima dan didukung oleh kekuatan-kekuatan yang ada sebagai sesuatu yang sangat baik; karena para non-pemilih, bukan kejutan lagi,secara menyolok berasal dari kelas miskin dan pekerja. Kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan minat pemilih dan tingkat partisipasi segera dikebiri sebelum sampai ke arena publik. Di Amerika Serikat,contohnya, dua partai besar yang didominasi kekuatan bisnis, dengan dukungan komunitas korporasi, telah menolak undang-undang reformasi - beberapa diantaranya mereka caci-maki - sehingga tidaklah mungkin membentuk partai politik baru (yang dapat menarik minat non-bisnis) dan membuatnya efektif. Walaupun sering terlihat adanya ketidakpuasan dengan Partai Republikan dan Partai Demokrat, politik elektoral adalah satu arena di mana konsep
kompetisi dan pilihan bebas tidak banyak bermakna. Dalam beberapa aspek, kaliber debat dan pilihan dalam pemilihan umum neoliberal cenderung menyerupai negara komunis berpartai-tunggal daripada suatu demokrasi sejati.Tapi ini belum mengindikasikan dampak berbahaya neoliberalisme dalam budaya politik yang berpusat pada warga. Di satu sisi, ketimpangan sosial yang ditimbulkan oleh kebijakan neoliberal menghambat segala upaya untuk merealisasikan kesetaraan hukum yang dibutuhkan untuk membuat demokrasi kredibel. Korporasi besar memiliki sumber daya untuk mempengaruhi media dan menguasai proses politik, dan hal itu mereka lakukan. Dalam politik elektoral AS, sebagai satu contoh
saja, seperempat dari satu persen warga terkaya di Amerika memberikan
80% dari keseluruhan kontribusi politik individual; sedangkan korporasi menghabiskan lebih banyak uang untuk itu dibandingkan buruh dengan
perbandingan sepuluh banding satu.
Dalam neoliberalisme ini semua masuk akal; pemilihan umum mencerminkan prinsip pasar, dengan besarnya kontribusi sebanding dengan investasi. Hasilnya, ia memperkuat anggapan bahwa politik elektoral tidak relevan bagi kebanyakan orang dan kekuasaan korporasi tetap terjaga tanpa digugat.Di sisi lain, agar efektif, demokrasi mengharuskan orang merasakan koneksi dengan sesama warga negara, dan koneksi ini memanifestasikan dirinya melalui beragam organisasi dan institusi non-pasar. Budaya politik yang hidup membutuhkan kelompok-kelompok komunitas, perpustakaan, sekolah umum, organisasi warga, koperasi, tempat pertemuan umum, asosiasi sukarelawan, dan serikat buruh yang memberikan jalan bagi warga untuk bertemu, berkomunikasi, dan ber interaksi dengan sesamanya. Demokrasi neoliberal, dengan konsep pasar uber alles, membidik sektor ini. Bukannya warga negara, ia menghasilkan konsumen. Bukannya komunitas, ia memproduksi mal-mal belanja. Hasil akhirnya adalah
masyarakat yang teratomisasi, terdiri dari individu-individu yang terpisah-pisahkan, yang merasakan demoralisasi dan secara sosial tidak berdaya.Ringkasnya, neoliberalisme adalah musuh utama dan terdepan bagi demokrasi partisipatoris sejati, bukan saja di Amerika Serikat tapi di seluruh penjuru planet, dan ini akan berlanjut di masa depan. (nefos.org)

Read More......

kontakrakyat,
Neoliberalisme adalah paradigma ekonomi politik yang mengacu pada berbagai kebijakan dan proses di mana segelintir kepentingan swasta mengontrol sebesar mungkin kehidupan sosial agar dapat memaksimalkan keuntungan pribadi mereka. Selama dua dekade neoliberalisme telah menjadi tren ekonomi politik global yang dominan dan diadopsi oleh partai-partai politik di tengah dan banyak partai-partai kiri tradi sional* maupun kanan. Partai-partai ini dan kebijakan yang mereka terapkan mewakili kepentingan mendesak para investor yang sangat kaya berupa perusahaan besar yang jumlahnya kurang dari seribu.
Di samping kalangan akademisi dan anggota komunitas bisnis, istilah neoliberalisme kebanyakan tidak diketahui maupun digunakan oleh
khalayak luas, terutama di Amerika Serikat. Di sana justru kebalikan nya,inisiatif neoliberal dikarakterkan sebagai kebijakan pasar bebas yang mendorong usaha swasta dan pilihan konsumen, menjunjung tanggung-jawab pribadi dan inisiatif bisnis, dan menghabisi tangan mati pemerintah yang tidak kompeten, birokratik dan parasitik, yang tak pernah dapat berbuat baik bahkan bila niatnya baik, dan itu pun jarang ada.
Selama satu generasi, upaya-upaya hubungan masyarakat (public relations) telah memberikan istilah dan ide ini aura yang hampir sakral. Hasilnya, klaim-klaim yang mereka ajukan jarang butuh dibela, dan itu dilakukan untuk merasionalisasikan segalanya dari mengurangi pajak bagi kaum kaya dan mempreteli regulasi lingkungan hidup hingga melucuti pendidikan umum dan program-program kesejahteraan sosial. Memang, segala aktivitas yang dapat mengganggu dominasi korporasi
terhadap masyarakat, otomatis dicurigai; karena itu akan mengganggu
mekanisme pasar bebas, yang diajukan sebagai satu-satunya hal yang dapat mengalokasikan barang kebutuhan dan jasa secara rasional,
adil, dan demokratik.
Saat tampil paling lihai, para proponen neoliberalisme terdengar seakan-akan mereka melayani rakyat miskin,lingkungan hidup, dan semua orang ketika mereka menerapkan kebijakan atas nama segelintir kaum kaya.Konsekuensi ekonomi dari kebijakan-kebijakan hampir di mana pun adalah sama, dan tepat seperti yang bisa kita duga: meningkatnya ketimpangan sosial dan ekonomi secara massif, memperparah kesengsaraan negeri-negeri termiskin dan rakyat di dunia secara nyata, bencana bagi lingkungan hidup secara global,ekonomi global yang tak stabil dan bonanza yang tak ada duanya bagi kaum kaya.
Dihadapkan pada fakta-fakta ini, para pembela tatanan neoliberal mengklaim bahwa hasil penjarahan terhadap kehidupan rakyat pasti akan menyebar ke massa luas penduduk - asalkan kebijakan neoliberal yang memperparah problem tidak diganggu.Akhirnya, kaum neoliberal tidak
mampu dan tidak menawarkan pembelaan empiris bagi dunia yang sedang mereka buat. Sebaliknya,mereka menawarkan - bahkan menuntut - keyakinan relijius terhadap kebenaran mutlak pasar yang tak diregulasi, yang diambil dari teori-teori abad kesembilan-belas yang sangat sedikit relevansinya dalam dunia nyata.
Kartu as terakhir para pembela neoliberalisme, walau demikian, adalah bahwa tidak ada alternatif lain. Masyarakat komunis, demokrasi sosial, dan bahkan negara kesejahteraan yang moderat seperti Amerika Serikat telah gagal, demikian klaim kaum neoliberal, dan para warganya telah menerima neoliberalisme sebagai jalan satu-satunya yang mungkin. Ia mungkin tak sempurna, tapi itulah satu-satunya sistem ekonomi yang mungkin. Pada awal abad keduapuluh, beberapa kritikus menyebut fasisme sebagai "kapitalisme tanpa sarung tangannya",artinya fasisme adalah kapitalisme murni tanpa hak-hak demokratik dan organisasi. Faktanya, kita mengetahui bahwa fasisme jauh lebih kompleks dari itu. Neoliberalisme, di sisi lain,memang "kapitalisme tanpa sarung tangan." Ia mewakili suatu era di mana kekuatan bisnis lebih kuat dan lebih agresif, serta menghadapi oposisi yang lebih tak terorganisir dibandingkan sebelumnya.
Dalam iklim politik ini mereka mencoba menyusun kekuatan politik mereka dalam semua lini yang dimungkinkan,dan sebagai hasilnya kekuatan bisnis semakin sulit ditentang, serta masyarakat sipil (non-pasar, non-komersial, dan demokratik) dapat dikatakan hampir tidak ada.Justru pada penindasannya terhadap kekuatan-kekuatan non-pasar ini lah kita melihat bagaimana neoliberalisme beroperasi bukan saja sebagai sistem ekonomi, tapi juga sebagai sistem politik dan budaya. Di sini terdapat perbedaan mencolok dengan fasisme,yang berdasarkan rasisme dan nasionalisme membenci demokrasi formal dan gerakan sosial yang sangat termobilisasi. Neoliberalisme berjalan paling baik ketika terdapat demokrasi elektoral, tapi ketika penduduknya dijauhkan dari informasi,akses, dan forum-forum publik yang dibutuhkan bagi partisipasi bermakna dalam pengambilan keputusan.Sebagaimana dituturkan oleh guru neoliberal Milton Friedman dalam Capitalism and Freedom, karena
penciptaan-profit adalah esensi demokrasi, pemerintah mana pun yang mengupayakan kebijakan anti-pasar adalah anti-demokratik, tak peduli sebesar apa pun dukungan rakyat terdidik terhadap mereka.
Maka yang terbaik adalah membatasi kerja pemerintahan dalam melindungi kepemilikan swasta dan mempertahankan kontrak perjanjian yang ada, serta membatasi debat politik pada isu-isu yang tak penting. (Persoalan yang penting seperti produksi dan distribusi sumber daya serta organi sasi sosial harus ditentukan oleh kekuatan pasar.)Berbekal pemahaman demokrasi yang sesat ini, kaum neoliberal seperti Friedman tidak keberatan dengan aksi militer penggulingan pemerintahan Allende di Cili yang terpilih secara demokratik, karena Allende mengganggu kontrol bisnis dalam masyarakat Cili. Setelah lima belas tahun berada di bawah kediktatoran yang seringkali brutal dan liar -semuanya atas nama pasar bebas yang demokratik - demokrasi formal dihidupkan kembali pada 1989 dengan konstitusi yang sangat mempersulit,kalau tak bisa dibilang tak memungkinkan, bagi warga negara untuk menentang dominasi militer-bisnis dalam masyarakat Cili. Itulah demokrasi neoliberal secara
ringkas: perdebatan remeh-temeh tentang isu-isu yang tak penting oleh partai-partai yang pada dasarnya mengupayakan kebijakan yang sama-sama pro-bisnis,terlepas dari perbedaan formal dan perdebatan kampanye. Demokrasi dibolehkan selama upaya mengontrol bisnis berada di luar pembahasan atau perubahan oleh rakyat, dengan kata lain, selama itu bukan demokrasi.Sistem neoliberal dengan demikian memiliki produk sampingan yang penting dan dibutuhkannya - warga negara yang ter depolitisasi, ditandai oleh apatisme dan kesinisan. Bila demokrasi elektoral hanya berdampak kecil dalam kehidupan sosial, tidaklah
rasional memberikannya banyak perhatian; di Amerika Serikat, lahan
berkembang-biaknya demokrasi neoliberal, jumlah pemilih dalam
pemilihan kongres tahun 1998 mencatat rekor terendah, dengan
hanya sepertiga warga dengan hak pilih hadir di tempat pemungutan
suara. Walau terkadang ini menjadi kekuatiran partai-partai besar seperti Partai Demokrat AS yang cenderung mengincar suara dari mereka yang dimiskinkan, rendahnya jumlah pemilih cenderung diterima dan didukung oleh kekuatan-kekuatan yang ada sebagai sesuatu yang sangat baik; karena para non-pemilih, bukan kejutan lagi,secara menyolok berasal dari kelas miskin dan pekerja. Kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan minat pemilih dan tingkat partisipasi segera dikebiri sebelum sampai ke arena publik. Di Amerika Serikat,contohnya, dua partai besar yang didominasi kekuatan bisnis, dengan dukungan komunitas korporasi, telah menolak undang-undang reformasi - beberapa diantaranya mereka caci-maki - sehingga tidaklah mungkin membentuk partai politik baru (yang dapat menarik minat non-bisnis) dan membuatnya efektif. Walaupun sering terlihat adanya ketidakpuasan dengan Partai Republikan dan Partai Demokrat, politik elektoral adalah satu arena di mana konsep
kompetisi dan pilihan bebas tidak banyak bermakna. Dalam beberapa aspek, kaliber debat dan pilihan dalam pemilihan umum neoliberal cenderung menyerupai negara komunis berpartai-tunggal daripada suatu demokrasi sejati.Tapi ini belum mengindikasikan dampak berbahaya neoliberalisme dalam budaya politik yang berpusat pada warga. Di satu sisi, ketimpangan sosial yang ditimbulkan oleh kebijakan neoliberal menghambat segala upaya untuk merealisasikan kesetaraan hukum yang dibutuhkan untuk membuat demokrasi kredibel. Korporasi besar memiliki sumber daya untuk mempengaruhi media dan menguasai proses politik, dan hal itu mereka lakukan. Dalam politik elektoral AS, sebagai satu contoh
saja, seperempat dari satu persen warga terkaya di Amerika memberikan
80% dari keseluruhan kontribusi politik individual; sedangkan korporasi menghabiskan lebih banyak uang untuk itu dibandingkan buruh dengan
perbandingan sepuluh banding satu.
Dalam neoliberalisme ini semua masuk akal; pemilihan umum mencerminkan prinsip pasar, dengan besarnya kontribusi sebanding dengan investasi. Hasilnya, ia memperkuat anggapan bahwa politik elektoral tidak relevan bagi kebanyakan orang dan kekuasaan korporasi tetap terjaga tanpa digugat.Di sisi lain, agar efektif, demokrasi mengharuskan orang merasakan koneksi dengan sesama warga negara, dan koneksi ini memanifestasikan dirinya melalui beragam organisasi dan institusi non-pasar. Budaya politik yang hidup membutuhkan kelompok-kelompok komunitas, perpustakaan, sekolah umum, organisasi warga, koperasi, tempat pertemuan umum, asosiasi sukarelawan, dan serikat buruh yang memberikan jalan bagi warga untuk bertemu, berkomunikasi, dan ber interaksi dengan sesamanya. Demokrasi neoliberal, dengan konsep pasar uber alles, membidik sektor ini. Bukannya warga negara, ia menghasilkan konsumen. Bukannya komunitas, ia memproduksi mal-mal belanja. Hasil akhirnya adalah
masyarakat yang teratomisasi, terdiri dari individu-individu yang terpisah-pisahkan, yang merasakan demoralisasi dan secara sosial tidak berdaya.Ringkasnya, neoliberalisme adalah musuh utama dan terdepan bagi demokrasi partisipatoris sejati, bukan saja di Amerika Serikat tapi di seluruh penjuru planet, dan ini akan berlanjut di masa depan. (disarikan dari nefos.org)

Read More......

ANDAI SAYA ANGGOTA FRAKSI DEMOKRAT DPR -RI
Andai saya seorang wakil dari demokrat barangkali langkah yang akan
saya lakukan berkaitan dengan isu penggunaan dana Bailout adalah ikut
serta dalam Pansus Angket sebagai upaya memperjelas isu tersebut.
Sebagai wakil dari partai pemenang pemilu tentu saja isu miring
tersebut dapat menurunkan popularitas partai terlebih Presiden yang
didukung partai. Langkah FPDIP dengan mempelopori upaya hak angket DPR
tentu dapat memicu perkembangan persoalan baru yang belum jelas
arahnya. guna mengantisipasi persoalan liar yang dapat merugikan
kepentingan Partai Demokrat, sudah tentu ikut ambil bagian dalam upaya
angket tersebut dapat menjadi langkah antisipatif untuk mengendalikan
bola liar yang mungkin saja muncul. Kecurigaan adanya penggunaan dana
Bailout melalui Bank Century mungkin saja benar, mungkin salah. Jika
benar maka keberadaan kami dapat mengarahkan sekaligus mengendalikan
keputusan mengingat jatah kursi di panitia angket cukup signifikan.
Kepentingan partai yang mengusung kami jadi orang terhormat dalam
parlemen harus di dahului, jika tidak akan mengancam posisi kami juga
kelak. Sikap ini tidaklah berlebihan bagi kami, karena jika hasil
penyedikian Pansus Angket DPR terbukti adanya aliran dana ke partai
Demokrat dapat menimbulkan gejolak cukup luas. Misalkan saja,
Kedudukan Presiden dari partai kami akan menjadi delegitimate dan
tentu upaya untuk menjatuhkan Presiden kami cukup mudah. DPR dapat
saja mengajukan Angket Impeachment karena kepemimpinan Presiden
diragukan terkait penyelewengan dana Bail out itu. Langkah antisipatif
menjadi perlu dan kami tidak bisa berdiam diri menyaksikan kedudukan
pimpinan kami di pertanyakan oleh 8 Fraksi lain yang sudah mendukung
Hak Angket Bank Century. (kontakrakyat 27/11/09)

--
hasta la victoria siempre

Read More......

Negeri para bedebah...„ (Adhie M. Massardi)
satu negeri yang dihuni para bedebah
Lautnya pernah dibelah tongkat Musa
Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah
Dari langit, burung-burung kondor menjatuhkan bebatuan menyala-nyala
Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah ?
Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Atau menjadi kuli di negeri orang
Yang upahnya serapah dan bogem mentah
Di negeri para bedebah
Orang baik dan bersih dianggap salah
Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan
Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah
Karena hanya penguasa yang boleh marah
Sedangkan rakyatnya hanya bisa pasrah
Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah
Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum
Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya
Maka bila melihat negeri dikuasai para bedebah
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tak mampu dengan revolusi,
dengan demonstrasi
Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi
Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan.

--
hasta la victoria siempre

Read More......

Cukup mudah untuk memproduksi website, yang terlihat profesional dalam Internet (termasuk gambar, film, dan "bukti-bukti" lain), tentang argumen yang tidak lazim seperti Creationism (lawan dari evolusi) atau bahwa pemanasan gobal tidak eksis. Karena paham tersebut hanya dianut oleh segelintir orang, mereka tidak mendapatkan banyak akses pada media mainstream (seperti pada jaringan TV). Namun internet, yang menyebarkan cerita-cerita seperti itu melalui jaringan "viral" meningkatkan jangkauan kelompok tersebut (orang-orang menyebarkan email pada teman-teman mereka, dsb).

Penganut paham semacam itu sangat setia pada apa yang mereka percayai dan melakukan banyak cara untuk mengajak orang lain untuk ikut dalam pandangan mereka. Internet, berdasarkan hukum kebebasan berbicara, tidak akan menghalangi seorang pun, apa pun yang mereka katakan. Kecenderungan kita untuk membagi cerita-cerita tidak lazim dengan teman kita membuktikan bahwa orang lain mengetahui " temuan" kita. Akhirnya, sekali saja kita percaya pada teori tertentu , kita cenderung untuk mencari bukti-bukti yang mendukungnya dan mengabaikan bukti yang menentangnya (dalam psikologi, ini disebut confirmation bias). Semua faktor ini membuat internet rawan sebagai tempat perkembangan pendapat minoritas.

Dihadapkan pada informasi dalam jumlah besar, mudah bagi kita untuk mempercayai pendapat semacam itu sebagai kebenaran ilmiah; karena informasi yang ada diatur dengan sangat baik dan dinyatakan dalam suatu kesatuan yang meyakinkan. Namun, banyak dari kita yang ragu akan informasi yang berasal dari sedikit sumber, sementara banyak website mempunyai pandangan yang berbeda akan poin yang sama. Misalnya, jika sebuah website mencoba untuk mempengaruhi kita bahwa bumi datar (example) atau bahwa bumi tidak bergerak (example), dan kita dapat menemukan ratusan website lain yang menentangnya; itu sudah cukup untuk membuat kita tak bergeming. Bahkan jika kita tidak dapat menemukan website yang menentangnya pun, pemikiran yang kritis dapat membekali kita - apa dasar klaim itu dan seberapa kredibel bukti-bukti yang ditunjukkan.

Satu bentuk pendapat minoritas yang berkembang dalam internet adalah teori konspirasi. Mulai dari pembunuhan Kennedy sampai ke kematian Putri Diana, dari penampakan UFO di Area 51 sampai klaim bahwa virus SARS berasal dari sebuah lab; teori konspirasi sangat banyak terdapat dalam Internet. Beberapa, seperti teori bahwa pemerintahan USA menganggap bahwa penyerangan 9/11 didorong oleh motif politik, mendapat banyak perhatian sampai-sampai juru bicara negara harus membantahnya secara eksplisit dalam pers. Ini karena "bukti-bukti" konspirasi tersebut dipresentasikan dengan sangat baik: kombinasi kata, gambar, dan video dipilih dengan sangat baik untuk mendukung teori tersebut. Transmisi viral dalam Internet membuatnya topik populer di lingkungan sekitar kita dan menambah jumlah penganut mereka.

Teori konspirasi mengaburkan antara fakta dan fiksi dan bahkan menghasilkan novel dan TV show terlaris seperti The X-Files dan Men In Black. Satu cara untuk menghindarinya adalah dengan mempertimbangkan sisi intelejensianya. Kekuasaan dan kerahasiaan pemerintah (atau konspirator lain) harus mampu menumpas konspirasi tersebut. Jika tuntutan itu terlalu berat, teori konspirasi akan terus eksis.

Read More......

go Internet News
IDEOLOGI DALAM PENULISAN BERITA (ANALISA FRAMING)


INFORMASI
Surat kabar merupakan pengembangan suatu kegiatan yang sudah lama berlangsung dalam dunia diplomasi dan di lingkungan dunia usaha. Surat kabar pada masa awal ditandai oleh wujud yang tetap, bersifat komersial (dijual secara bebas), memiliki beragam tujuan (memberi informasi, mencatat, menyajikan adpertensi, hiburan, dan desas-desus), bersifat umum dan terbuka.
Surat kabar lahir di abad tujuh belas di mana sudah terdapat pemisahan yang jelas antara surat kabar pemerintah dan surat kabar komersial. Namun, surat kabar pemerintah lebih sering dijadikan corong penguasa saat itu. Hal ini berbeda dengan surat kabar komersial. Pengaruh surat kabar komersial merupakan tonggak penting dalam sejarah komunikasi karena lebih menegaskan perannya dalam pelayanan masyarakat dan buka sebagai terompet penguasa.
Sejak awal perkembangannya surat kabar telah menjadi lawan yang nyata atau musuh penguasa mapan. Secara khusus, surat kabar pun memiliki persepsi diri demikian. Citra pers yang dominan dalam sejarah selalu dikaitkan dengan pemberian hukuman bagi para pengusaha percetakan, penyunting dan wartawan, perjuangan untuk memperoleh kebebasan pemberitaan, pelbagai kegiatan surat kabar untuk memperjuangkan kemerdekaan, demokrasi, dan hak kelas pekerja, serta peran yang dimainkan pers bawah tanah di bawah penindasan kekuatan asing atau pemerintahan diktator. Penguasa mapan biasanya membalas persepsi diri surat kabar yang cenderung tidak mengenakan dan menegangkan bagi kalangan pers.
Terlepas dari adanya kemunduran besar, sejarah juga mencatat adanya kemajuan yang pesat dan menyeluruh dalam rangka mewujudkan kebebasan mekanisme kerja pers. Kemajuan itu kadangkala menimbulkan sistem pengendalian yang lebih ketat terhadap pers. Pembatasan hukum menggantikan tindak kekerasan, termasuk penerapan beban fiskal. Dewasa ini, institusionalisasi pers dalam sistem pasar berfungsi sebagai alat pengendali sehingga surat kabar modern sebagai badan usaha besar justru menjadi lebih lemah dalam menghadapi semakin banyak tekanan dan campur tangan.
Lebih dari itu, penyampaian sebuah berita ternyata menyimpan subjektivitas penulis. Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita akan dinilai apa adanya. Berita akan dipandang sebagai barang suci yang penuh dengan objektivitas. Namun, berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiap penulisan berita menyimpan ideologis/latar belakang seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan. Misalnya, analisis tentang Ekonomi Pancasila. Ekonom yang memiliki ideologi sosialis akan menulis dengan analisis yang dibumbui ideologinya. Demikian pula dengan penulis yang memiliki latar belakang kapitalis. Meskipun keduanya memiliki data-data yang sama, tapi hasil analisis keduanya pasti akan memiliki cita rasa ekonomi sosialis dan kapitalis. Oleh karena itu, diperlukan sebuah analisis tersendiri
terhadap isi berita sehingga akan diketahui latar belakang seorang penulis dalam menulis berita. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap pembaca itu sendiri. Pembaca akan lebih memahami mengapakah seorang penulis (atau institusi pers: Kompas, Republika, Jawa Pos, dan lain-lain) menulis berita sehingga seminimal mungkin menghindari terjadinya respon yang reaksional. Pembaca tidak akan fanatik terhadap salah satu institusi pers dengan alasan ideologi. Artinya, masyarakat akan lebih dewasa terhadap pers.Ada beberapa metode yang digunakan untuk menganalisa berita, yaitu analisis isi (content analysis), analisis bingkai (frame analysis), analaisis wacana (disccourse analysis), dan analisis semiotik (semiotic analysis). Semuanya memiliki tujuan yang berbeda-beda, disesuaikan dengan target pelaku analisis.

METODE
Analisis bingkai (frame analysis) berusaha untuk menentukan kunci-kunci tema dalam sebuah teks dan menunjukkan bahwa latar belakang budaya membentuk pemahaman kita terhadap sebuah peristiwa. Dalam mempelajarai media, analisis bingkai menunjukan bagaimana aspek-aspek struktur dan bahasa berita mempengaruhi aspek-aspek yang lain. (Anonimous, 2004:--). Analisis bingkai merupakan dasar struktur kognitif yang memandu persepsi dan representasi realitas. (King, 2004:--). Menurut Panuju (2003:1), frame analysis adalah analisis untuk membongkar ideologi di balaik penulisan informasi.
Disiplin ilmu ini bekerja dengan didasarkan pada fakta bahwa konsep ini bisa ditemui di berbagai literatur lintas ilmu sosial dan ilmu perilaku. Secara sederhana, analisis bingkai mencoba untuk membangun sebuah komunikasi—bahasa, visual, dan pelaku—dan menyampaikannya kepada pihak lain atau menginterpretasikan dan mengklasifikasikan informasi baru. Melalui analisa bingkai, kita mengetahui bagaimanakah pesan diartikan sehingga dapat diinterpretasikan secara efisien dalam hubungannya dengan ide penulis.
Beberapa model analisa bingkai telah dikembagkan:
Model Zhongdang Pan dan Gerald M. kosicki
Model ini membagi struktur analisis menjadi empat bagian:
Sintaksis adalah cara wartwan menyususn berita.
Struktur sintaksi memiliki perangkat:
1. Headline merupakan berita yang dijadikan topik utama oleh media
2. Lead (teras berita) merupakan paragraf pembuka dari sebuah berita yang biasanya mengandung kepentingan lebih tinggi. Struktur ini sangat tergantung pada ideologi penulis terhadap peristiwa.
3. Latar informasi
4. Kutipan
5. Sumber
6. Pernyataan
7. Pentup

Skrip adalah cara wartawan mengisahkan fakta.
Struktur skrip memfokuskan perangkat framing pada kelengkapan berita:
1. What (apa)
2. When (kapan)
3. Who (siapa)
4. Where (di mana)
5. Why (mengapa)
6. How (bagaimana)

Tematik adalah cara wartawan menulis fakta.
Struktur tematik mempunyai perangkat framing:
1. Detail
2. Maksud dan hubungan kalimat
3. Nominalisasi antar kalimat
4. Koherensi
5. Bentuk kalimat
6. Kata ganti
Unit yang diamati adalah paragraf atau proposisi

Retoris adalah cara wartawan menekankan fakta.
Struktur retoris mempunyai perangkat framing:
1. Leksikon/pilihan kata
Perangkat ini merupakan penekanan terhadap sesuatu yang penting.
2. Grafis
3. Metafor
4. Pengandaian
Unit yang diamati adalah kata, idiom, gambar/foto, dan grafis

Model William A. Gamson dan Andre Modigliani
Model ini membagi struktur analisis menjadi tiga bagian:
Media package merupakan asumsi bahwa berita memiliki konstruksi makna tertentu.
Core frame merupakan gagasan sentral.
Condnsing symbol merupakan hasil pencermatan terhadap perangkat simbolik (framing device/perangkat framing dan reasoning device/perangkat penalaran).

Perangkat framing terbagi m enjadi lima bagian:
Methaphors adalah perumpamaan dan pengandaian
Catcphrase adalah perangkat berupa jargon-jargon atau slogan.
Exemplaar adalah uraian untuk membenarkan perspektif.
Depiction adalah leksikon untuk melebeli sesuatu.
Visual image adalah perangkat dalam bentuk gambar, grafis dan sebagainya.

Perangkat penalaran terbagi menjadi tiga bagian:
Root merupakan analisis kausal atau sebab akibat.
Appeals to principle merupakan premis dasar, klaim-klaim moral.
Consequence merupakan efek atau konsekuensi.

Media Frames dan Individual Frames
Media frames (framing media) telah didefinisikan oleh Tuchman dalam Scheufele (1999:106) bahwa framing berita mengorganisasikan realitas berita setiap hari. Framing media juga mencirikan sebagai kerja jurnalis untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan informasi secara cepat dan menyampaikan secara capat kepada para pembaca. Kegiatan framing merupakan kegiatan penyeleksian beberapa aspek dari realita dan membuatnya lebih penting dalam sebuah teks. Selain itu lebih berperan dalam penyelesaian dan pemehaman definisi dari permasalahan, interpretasi sebab akibat (kausal), evaluasi moral, dan rekomendasi metode-metode selanjutnya. Kegiatan framing, penyajian peristiwa dan berita mampu memberikan pengaruh yang sistematis tentang metode agar penerima berita mengerti.
Individual frames (framing individu) didefinisikan sebagai kegiatan penyimpanan ide yang membimbing proses informasi secara individu. (Entman dalam Scheufele, 1999:107). Framing jenis ini maupun sebelumnya dapat digunakan sebagai kegiatan interpretasi dan proses informasi.

Analisa Framing sebagai Variabel Bebas dan Terikat
Studi tentang analisa framing sebagai variabel terikat telah mencoba peran dan beberapa faktor dalam mempengaruhi kreasi dan modifikasi framing. Pada tingkat media, seorang wartwan melakukan analiasa framing dari sebuah isu yang dapat dipengaruhi beberapa variabel organisasi atau sosio-kultur, serta sifat individu dan variabel ideologis. Pada tingkat audien (penerima berita), framing sebagai variabel terikat lebih banyak diterapkan sebagai hasil langsung dari media massa membingkai saebuah isu.

Studi tentang analisa framing sebagai variabel tak terikat lebih banyak ditarik ke dalam efek framing. Dalam kasus media frames, hasil logisnya adalah sebuah penghubung terhadap framing audien. Dalam kasus individual frames, apakah analisa framing yang dilakukan seseorang akan mempengaruhi evaluasi isu atau aktor politik? Apakah analisa framing itu juga memiliki dampak terhadap kemauan mereka untuk berperan aktif dalam aksi dan partisipasi politik?

Tipologi Framing
Tipologi ini dapat diarahkan ke dalam tiga orientasi. Pertama, orientasi terhadap konsep framing itu sendiri dan hubungan antara framing dan variabel lainnya. Kedua, tipologi harus menyediakan informasi tentang jawaban-jawaban dari pertanyaan dalam penelitian framing.
Apabila dipakai orientasi media frames sebagai variabel terikat, kita seharusnya menanyakan:
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jalan seorang wartawan atau kelompok sosial lainnya menulis/menganalisis sebuah isu?
Bagaimana proses ini bekerja dan sebagai hasilnya, kemasan seperti apakah (bingkai) yang digunakan oleh wartawan?
Apabila digunakan orientasi media frames sebagai variabel bebas, kita seharusnya menanyakan:
Media frames jenis apa yang mempengaruhi persepsi para audien terhadap isu-isu tertentu dan bagaimana proses itu bekerja?
Apabila digunakan orientasi individual frames sebagai variabel bebas, kita seharusnya menanyakan:
Seberapa jauh audien mampu memainkan peran aktif dalam membangun pemahaman/persepsi dan penolakan terhadap media?
Apabila digunakan orientasi individual frames sebagai variabel terikat, kita seharusnya menanyakan:
Sejauh mana analisis framing seseorang mempengruhi persepsinya terhadap suatu isu?
Ketiga, tipologi ini masih terus dikaji untuk mendapatkan pemahaman bersama mengenai konsep framing.

Model Proses Framing
Proses analisis ini dibagi menjadi empat bagian.
Frame Bulding (Bangunan Bingkai/Frame)
Studi-studi ini mencakup tentang dampak faktor-faktor seperti pengendalian diri terhadap organisasi, nila-nilai profesional dari wartawan, atau harapan terhadap audien terhadap bentuk dan isi berita. Meskipun demikian, studi tersebut belum mampu menjawab bagaimanakah media dibentuk atau tipe pandangan/analisis yang dibentuk dari proses ini. Oleh karena itu, diperlukan sebuah proses yang mampu memberikan pengaruhnya terhadap kreasi atau perubahan analisa dan penulisan yang diterapkan oleh wartawan.
Frame bulding meliputi kunci pertanyaan: faktor struktur dan organisasi seperti apa yang mempengaruhi sistem media, atau karakteristik individu wartawan seperti apa yang mampu mempengaruhi penulisan sebuah berita terhadap peristiwa.
Gans, Shoemaker, dan Reeses menyaranan minimal harus ada tiga sumber-sumber pengaruh yang potensial. Pengaruh pertama adalah pengaruh wartawan. Wartawan akan lebih sering membuat konstruksi analisis untuk membuat perasaan memiliki akan kedatangan informasi. Bentuk analisa wartawan dalam menulis sebuah fenomena sangat dipengaruhi oleh varibel-variabel, seperti ideologi, perilaku, norma-norma profesional, dan akhirnya lebih mencirikan jalan wartawan dalam mengulas berita.
Faktor kedua yang mempengaruhi penulisan berita adalah pemilihan pendekatan yang digunakan wartwan dalam penulisan berita sebagai konsekuensi dari tipe dan orientasi politik, atau yang disebut sebagai "rutinitas organisasi". Faktor ketiga adalah pengaruh dari sumber-sumber eksternal, misalnya aktor politik dan otoritas.

Frame setting (Pengkondisian Framing)
Proses kedua yang perlu diperhatikan dalam framing sebagai teori efek media adalah frame setting. Para ahli berargumen bahwa frame setting didasarkan pada proses identivikasi yang sangat penting. Frame setting ini termasuk salah satu aspek pengkondisian agenda (agenda setting). Agenda setting lebih menitikberatkan pada isu-isu yang menonjol/penting, frame setting, agenda setting tingkat kedua, yang menitikberatkan pada atribut isu-isu penting. Level pertama dari agenda setting adalah tarnsmisi objek yang penting, sedangkan tingkat kedua adalah transmisi atribut yang penting.
Namun, Nelson dalam Scheufele (1999:116) menyatakan bahwa analisa penulisan berita mempengaruhi opini dengan penekanan nilai spesifik, fakta, dan pertimbangan lainnya, kemudian diikuti dengan isu-isu yang lebih besar, nyata, dan relevan dari pada memunculkan analisa baru.

Individual-Level Effect of Farming (Tingkat Efek Framing terhadap Individu)
Tingkat pengaruh individual terhadap seseorang akan membentuk beberapa variabel perilaku, kebiasaan, dan variabel kognitif lainnya telah dilakukan dengan manggunakan model kota hitam (black-box model). Dengan kata lain, studi ini terfokus pada input dan output, dan dalam kebanyakan kasus, proses yang menghubungkan variabel-variabel kunci diabaikan.
Kebanyakan penelitian melakukan percobaan pada nilai keluaran framing tingkat individu. Meskipun telah memberikan kontribusi yang penting dalam menjelaskan efek penulisan berita di media dalam hubungannya dengan perilaku, kebiasaan, dan variabel kognitif lainnya, studi ini tidak mampu menjelaskan bagaimana dan mengapa dua variabel dihubungkan satu sama lain.

Journalist as Audience (Wartawan sebagai Pendengar)
Pengaruh dari tata mengulas berita pada isi yang sama dalam media lain adalah fungsi beragam faktor. Wartawan akan lebih cenderung untuk melakukan pemilihan konteks. Di sini, diharapkan wartawan dapat berperan sebagai orang yang mendengarkan analisa pembaca sehingga ada timbal balik ide. Akibatnya, analisa wartawan tidak serta merta dianggap paling benar dan tidak terdapat kelemahan.

Questioning Answers or Answering Questioning (Menjawab Pertanyaan atau Mempertanyakan Jawaban)?
Perkembangan efek media, konsep pengulasan sebuah peristiwa masih jauh dari apa yang sedang diintegrasikan dalam sebuah model teoritis. Hasilnya, sejumlah pendekatan framing dikembangkan tahun-tahun terakhir, namun hasil perbandingan empiris masih jauh dari apa yang diaharapkan. Oleh karena itu, penelitian masa depan harus mampu menggabungkan penemuan-penemuan masa lalu ke dalam sebuah model dan mampu mengisi kekurangan yang ada sehingga diperoleh model framing yang sempurna.
Framing sebagai teori efek media membutuhkan konsep proses model dari pada terfokus pada input dan output. Oleh karena itu, penilitian masa depan harus mengakomodasi empat kunci di atas. Model proses diharapakan menjadi acuan kerja masa depan yang secara sistematis mampu memberikan pemecahan terhadap isu-isu framing dan melakukan pendekatan detail dalam teori yang koheren.

DAFTAR RUJUKAN
Anonimous. 2004. Methods for Media Analysis.
Utomo, Mochtar W. 2003. Perbandingan Content Analysis, Framing Analysis, Discourse Analysis, dan |Semiotic Analysis. Makalah. Surabaya: Universitas dr. Sotomo.
Panuju, Redi. 2003. Framing Analysis. Makalah. Surabaya: Universitas dr. Sotomo.
Scheufele, Dietram A. 1999. Framing as Theory of Media Effect. Makalah. International Communication Assosiation.

(Stop Aids & HIV, Say No To Drugs, Use Internet with Smart, Say No To Corruption) links : kontak rakyat at Facebook.com,

Read More......

go Internet News
IDEOLOGI DALAM PENULISAN BERITA (ANALISA FRAMING)


INFORMASI
Surat kabar merupakan pengembangan suatu kegiatan yang sudah lama berlangsung dalam dunia diplomasi dan di lingkungan dunia usaha. Surat kabar pada masa awal ditandai oleh wujud yang tetap, bersifat komersial (dijual secara bebas), memiliki beragam tujuan (memberi informasi, mencatat, menyajikan adpertensi, hiburan, dan desas-desus), bersifat umum dan terbuka.
Surat kabar lahir di abad tujuh belas di mana sudah terdapat pemisahan yang jelas antara surat kabar pemerintah dan surat kabar komersial. Namun, surat kabar pemerintah lebih sering dijadikan corong penguasa saat itu. Hal ini berbeda dengan surat kabar komersial. Pengaruh surat kabar komersial merupakan tonggak penting dalam sejarah komunikasi karena lebih menegaskan perannya dalam pelayanan masyarakat dan buka sebagai terompet penguasa.
Sejak awal perkembangannya surat kabar telah menjadi lawan yang nyata atau musuh penguasa mapan. Secara khusus, surat kabar pun memiliki persepsi diri demikian. Citra pers yang dominan dalam sejarah selalu dikaitkan dengan pemberian hukuman bagi para pengusaha percetakan, penyunting dan wartawan, perjuangan untuk memperoleh kebebasan pemberitaan, pelbagai kegiatan surat kabar untuk memperjuangkan kemerdekaan, demokrasi, dan hak kelas pekerja, serta peran yang dimainkan pers bawah tanah di bawah penindasan kekuatan asing atau pemerintahan diktator. Penguasa mapan biasanya membalas persepsi diri surat kabar yang cenderung tidak mengenakan dan menegangkan bagi kalangan pers.
Terlepas dari adanya kemunduran besar, sejarah juga mencatat adanya kemajuan yang pesat dan menyeluruh dalam rangka mewujudkan kebebasan mekanisme kerja pers. Kemajuan itu kadangkala menimbulkan sistem pengendalian yang lebih ketat terhadap pers. Pembatasan hukum menggantikan tindak kekerasan, termasuk penerapan beban fiskal. Dewasa ini, institusionalisasi pers dalam sistem pasar berfungsi sebagai alat pengendali sehingga surat kabar modern sebagai badan usaha besar justru menjadi lebih lemah dalam menghadapi semakin banyak tekanan dan campur tangan.
Lebih dari itu, penyampaian sebuah berita ternyata menyimpan subjektivitas penulis. Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita akan dinilai apa adanya. Berita akan dipandang sebagai barang suci yang penuh dengan objektivitas. Namun, berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiap penulisan berita menyimpan ideologis/latar belakang seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan. Misalnya, analisis tentang Ekonomi Pancasila. Ekonom yang memiliki ideologi sosialis akan menulis dengan analisis yang dibumbui ideologinya. Demikian pula dengan penulis yang memiliki latar belakang kapitalis. Meskipun keduanya memiliki data-data yang sama, tapi hasil analisis keduanya pasti akan memiliki cita rasa ekonomi sosialis dan kapitalis. Oleh karena itu, diperlukan sebuah analisis tersendiri
terhadap isi berita sehingga akan diketahui latar belakang seorang penulis dalam menulis berita. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap pembaca itu sendiri. Pembaca akan lebih memahami mengapakah seorang penulis (atau institusi pers: Kompas, Republika, Jawa Pos, dan lain-lain) menulis berita sehingga seminimal mungkin menghindari terjadinya respon yang reaksional. Pembaca tidak akan fanatik terhadap salah satu institusi pers dengan alasan ideologi. Artinya, masyarakat akan lebih dewasa terhadap pers.Ada beberapa metode yang digunakan untuk menganalisa berita, yaitu analisis isi (content analysis), analisis bingkai (frame analysis), analaisis wacana (disccourse analysis), dan analisis semiotik (semiotic analysis). Semuanya memiliki tujuan yang berbeda-beda, disesuaikan dengan target pelaku analisis.

METODE
Analisis bingkai (frame analysis) berusaha untuk menentukan kunci-kunci tema dalam sebuah teks dan menunjukkan bahwa latar belakang budaya membentuk pemahaman kita terhadap sebuah peristiwa. Dalam mempelajarai media, analisis bingkai menunjukan bagaimana aspek-aspek struktur dan bahasa berita mempengaruhi aspek-aspek yang lain. (Anonimous, 2004:--). Analisis bingkai merupakan dasar struktur kognitif yang memandu persepsi dan representasi realitas. (King, 2004:--). Menurut Panuju (2003:1), frame analysis adalah analisis untuk membongkar ideologi di balaik penulisan informasi.
Disiplin ilmu ini bekerja dengan didasarkan pada fakta bahwa konsep ini bisa ditemui di berbagai literatur lintas ilmu sosial dan ilmu perilaku. Secara sederhana, analisis bingkai mencoba untuk membangun sebuah komunikasi—bahasa, visual, dan pelaku—dan menyampaikannya kepada pihak lain atau menginterpretasikan dan mengklasifikasikan informasi baru. Melalui analisa bingkai, kita mengetahui bagaimanakah pesan diartikan sehingga dapat diinterpretasikan secara efisien dalam hubungannya dengan ide penulis.
Beberapa model analisa bingkai telah dikembagkan:
Model Zhongdang Pan dan Gerald M. kosicki
Model ini membagi struktur analisis menjadi empat bagian:
Sintaksis adalah cara wartwan menyususn berita.
Struktur sintaksi memiliki perangkat:
1. Headline merupakan berita yang dijadikan topik utama oleh media
2. Lead (teras berita) merupakan paragraf pembuka dari sebuah berita yang biasanya mengandung kepentingan lebih tinggi. Struktur ini sangat tergantung pada ideologi penulis terhadap peristiwa.
3. Latar informasi
4. Kutipan
5. Sumber
6. Pernyataan
7. Pentup

Skrip adalah cara wartawan mengisahkan fakta.
Struktur skrip memfokuskan perangkat framing pada kelengkapan berita:
1. What (apa)
2. When (kapan)
3. Who (siapa)
4. Where (di mana)
5. Why (mengapa)
6. How (bagaimana)

Tematik adalah cara wartawan menulis fakta.
Struktur tematik mempunyai perangkat framing:
1. Detail
2. Maksud dan hubungan kalimat
3. Nominalisasi antar kalimat
4. Koherensi
5. Bentuk kalimat
6. Kata ganti
Unit yang diamati adalah paragraf atau proposisi

Retoris adalah cara wartawan menekankan fakta.
Struktur retoris mempunyai perangkat framing:
1. Leksikon/pilihan kata
Perangkat ini merupakan penekanan terhadap sesuatu yang penting.
2. Grafis
3. Metafor
4. Pengandaian
Unit yang diamati adalah kata, idiom, gambar/foto, dan grafis

Model William A. Gamson dan Andre Modigliani
Model ini membagi struktur analisis menjadi tiga bagian:
Media package merupakan asumsi bahwa berita memiliki konstruksi makna tertentu.
Core frame merupakan gagasan sentral.
Condnsing symbol merupakan hasil pencermatan terhadap perangkat simbolik (framing device/perangkat framing dan reasoning device/perangkat penalaran).

Perangkat framing terbagi m enjadi lima bagian:
Methaphors adalah perumpamaan dan pengandaian
Catcphrase adalah perangkat berupa jargon-jargon atau slogan.
Exemplaar adalah uraian untuk membenarkan perspektif.
Depiction adalah leksikon untuk melebeli sesuatu.
Visual image adalah perangkat dalam bentuk gambar, grafis dan sebagainya.

Perangkat penalaran terbagi menjadi tiga bagian:
Root merupakan analisis kausal atau sebab akibat.
Appeals to principle merupakan premis dasar, klaim-klaim moral.
Consequence merupakan efek atau konsekuensi.

Media Frames dan Individual Frames
Media frames (framing media) telah didefinisikan oleh Tuchman dalam Scheufele (1999:106) bahwa framing berita mengorganisasikan realitas berita setiap hari. Framing media juga mencirikan sebagai kerja jurnalis untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan informasi secara cepat dan menyampaikan secara capat kepada para pembaca. Kegiatan framing merupakan kegiatan penyeleksian beberapa aspek dari realita dan membuatnya lebih penting dalam sebuah teks. Selain itu lebih berperan dalam penyelesaian dan pemehaman definisi dari permasalahan, interpretasi sebab akibat (kausal), evaluasi moral, dan rekomendasi metode-metode selanjutnya. Kegiatan framing, penyajian peristiwa dan berita mampu memberikan pengaruh yang sistematis tentang metode agar penerima berita mengerti.
Individual frames (framing individu) didefinisikan sebagai kegiatan penyimpanan ide yang membimbing proses informasi secara individu. (Entman dalam Scheufele, 1999:107). Framing jenis ini maupun sebelumnya dapat digunakan sebagai kegiatan interpretasi dan proses informasi.

Analisa Framing sebagai Variabel Bebas dan Terikat
Studi tentang analisa framing sebagai variabel terikat telah mencoba peran dan beberapa faktor dalam mempengaruhi kreasi dan modifikasi framing. Pada tingkat media, seorang wartwan melakukan analiasa framing dari sebuah isu yang dapat dipengaruhi beberapa variabel organisasi atau sosio-kultur, serta sifat individu dan variabel ideologis. Pada tingkat audien (penerima berita), framing sebagai variabel terikat lebih banyak diterapkan sebagai hasil langsung dari media massa membingkai saebuah isu.

Studi tentang analisa framing sebagai variabel tak terikat lebih banyak ditarik ke dalam efek framing. Dalam kasus media frames, hasil logisnya adalah sebuah penghubung terhadap framing audien. Dalam kasus individual frames, apakah analisa framing yang dilakukan seseorang akan mempengaruhi evaluasi isu atau aktor politik? Apakah analisa framing itu juga memiliki dampak terhadap kemauan mereka untuk berperan aktif dalam aksi dan partisipasi politik?

Tipologi Framing
Tipologi ini dapat diarahkan ke dalam tiga orientasi. Pertama, orientasi terhadap konsep framing itu sendiri dan hubungan antara framing dan variabel lainnya. Kedua, tipologi harus menyediakan informasi tentang jawaban-jawaban dari pertanyaan dalam penelitian framing.
Apabila dipakai orientasi media frames sebagai variabel terikat, kita seharusnya menanyakan:
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jalan seorang wartawan atau kelompok sosial lainnya menulis/menganalisis sebuah isu?
Bagaimana proses ini bekerja dan sebagai hasilnya, kemasan seperti apakah (bingkai) yang digunakan oleh wartawan?
Apabila digunakan orientasi media frames sebagai variabel bebas, kita seharusnya menanyakan:
Media frames jenis apa yang mempengaruhi persepsi para audien terhadap isu-isu tertentu dan bagaimana proses itu bekerja?
Apabila digunakan orientasi individual frames sebagai variabel bebas, kita seharusnya menanyakan:
Seberapa jauh audien mampu memainkan peran aktif dalam membangun pemahaman/persepsi dan penolakan terhadap media?
Apabila digunakan orientasi individual frames sebagai variabel terikat, kita seharusnya menanyakan:
Sejauh mana analisis framing seseorang mempengruhi persepsinya terhadap suatu isu?
Ketiga, tipologi ini masih terus dikaji untuk mendapatkan pemahaman bersama mengenai konsep framing.

Model Proses Framing
Proses analisis ini dibagi menjadi empat bagian.
Frame Bulding (Bangunan Bingkai/Frame)
Studi-studi ini mencakup tentang dampak faktor-faktor seperti pengendalian diri terhadap organisasi, nila-nilai profesional dari wartawan, atau harapan terhadap audien terhadap bentuk dan isi berita. Meskipun demikian, studi tersebut belum mampu menjawab bagaimanakah media dibentuk atau tipe pandangan/analisis yang dibentuk dari proses ini. Oleh karena itu, diperlukan sebuah proses yang mampu memberikan pengaruhnya terhadap kreasi atau perubahan analisa dan penulisan yang diterapkan oleh wartawan.
Frame bulding meliputi kunci pertanyaan: faktor struktur dan organisasi seperti apa yang mempengaruhi sistem media, atau karakteristik individu wartawan seperti apa yang mampu mempengaruhi penulisan sebuah berita terhadap peristiwa.
Gans, Shoemaker, dan Reeses menyaranan minimal harus ada tiga sumber-sumber pengaruh yang potensial. Pengaruh pertama adalah pengaruh wartawan. Wartawan akan lebih sering membuat konstruksi analisis untuk membuat perasaan memiliki akan kedatangan informasi. Bentuk analisa wartawan dalam menulis sebuah fenomena sangat dipengaruhi oleh varibel-variabel, seperti ideologi, perilaku, norma-norma profesional, dan akhirnya lebih mencirikan jalan wartawan dalam mengulas berita.
Faktor kedua yang mempengaruhi penulisan berita adalah pemilihan pendekatan yang digunakan wartwan dalam penulisan berita sebagai konsekuensi dari tipe dan orientasi politik, atau yang disebut sebagai "rutinitas organisasi". Faktor ketiga adalah pengaruh dari sumber-sumber eksternal, misalnya aktor politik dan otoritas.

Frame setting (Pengkondisian Framing)
Proses kedua yang perlu diperhatikan dalam framing sebagai teori efek media adalah frame setting. Para ahli berargumen bahwa frame setting didasarkan pada proses identivikasi yang sangat penting. Frame setting ini termasuk salah satu aspek pengkondisian agenda (agenda setting). Agenda setting lebih menitikberatkan pada isu-isu yang menonjol/penting, frame setting, agenda setting tingkat kedua, yang menitikberatkan pada atribut isu-isu penting. Level pertama dari agenda setting adalah tarnsmisi objek yang penting, sedangkan tingkat kedua adalah transmisi atribut yang penting.
Namun, Nelson dalam Scheufele (1999:116) menyatakan bahwa analisa penulisan berita mempengaruhi opini dengan penekanan nilai spesifik, fakta, dan pertimbangan lainnya, kemudian diikuti dengan isu-isu yang lebih besar, nyata, dan relevan dari pada memunculkan analisa baru.

Individual-Level Effect of Farming (Tingkat Efek Framing terhadap Individu)
Tingkat pengaruh individual terhadap seseorang akan membentuk beberapa variabel perilaku, kebiasaan, dan variabel kognitif lainnya telah dilakukan dengan manggunakan model kota hitam (black-box model). Dengan kata lain, studi ini terfokus pada input dan output, dan dalam kebanyakan kasus, proses yang menghubungkan variabel-variabel kunci diabaikan.
Kebanyakan penelitian melakukan percobaan pada nilai keluaran framing tingkat individu. Meskipun telah memberikan kontribusi yang penting dalam menjelaskan efek penulisan berita di media dalam hubungannya dengan perilaku, kebiasaan, dan variabel kognitif lainnya, studi ini tidak mampu menjelaskan bagaimana dan mengapa dua variabel dihubungkan satu sama lain.

Journalist as Audience (Wartawan sebagai Pendengar)
Pengaruh dari tata mengulas berita pada isi yang sama dalam media lain adalah fungsi beragam faktor. Wartawan akan lebih cenderung untuk melakukan pemilihan konteks. Di sini, diharapkan wartawan dapat berperan sebagai orang yang mendengarkan analisa pembaca sehingga ada timbal balik ide. Akibatnya, analisa wartawan tidak serta merta dianggap paling benar dan tidak terdapat kelemahan.

Questioning Answers or Answering Questioning (Menjawab Pertanyaan atau Mempertanyakan Jawaban)?
Perkembangan efek media, konsep pengulasan sebuah peristiwa masih jauh dari apa yang sedang diintegrasikan dalam sebuah model teoritis. Hasilnya, sejumlah pendekatan framing dikembangkan tahun-tahun terakhir, namun hasil perbandingan empiris masih jauh dari apa yang diaharapkan. Oleh karena itu, penelitian masa depan harus mampu menggabungkan penemuan-penemuan masa lalu ke dalam sebuah model dan mampu mengisi kekurangan yang ada sehingga diperoleh model framing yang sempurna.
Framing sebagai teori efek media membutuhkan konsep proses model dari pada terfokus pada input dan output. Oleh karena itu, penilitian masa depan harus mengakomodasi empat kunci di atas. Model proses diharapakan menjadi acuan kerja masa depan yang secara sistematis mampu memberikan pemecahan terhadap isu-isu framing dan melakukan pendekatan detail dalam teori yang koheren.

DAFTAR RUJUKAN
Anonimous. 2004. Methods for Media Analysis.
Utomo, Mochtar W. 2003. Perbandingan Content Analysis, Framing Analysis, Discourse Analysis, dan |Semiotic Analysis. Makalah. Surabaya: Universitas dr. Sotomo.
Panuju, Redi. 2003. Framing Analysis. Makalah. Surabaya: Universitas dr. Sotomo.
Scheufele, Dietram A. 1999. Framing as Theory of Media Effect. Makalah. International Communication Assosiation.

(Stop Aids & HIV, Say No To Drugs, Use Internet with Smart, Say No To Corruption) links : kontak rakyat at Facebook.com,

Read More......

Presiden Obama yang mulai diragukan oleh pendukungnya akan mencoba mengambil keuntungan dalam rangkaian kunjungan satu minggu ke Asia. Dia akan menghadiri KTT ASEAN di Singapura, dengan berniat membangun dan meningkatkan hubungan penting dengan sekutu dan negara pesaing di wilayah itu. Upaya peningkatan hubungan dengan pesaingnya membuka sinyalemen bahwa negara adi daya itu memang sedang tidak berdaya. Dia akan membicarakan sejumlah besar masalah yang mengganggu seperti perdagangan global, nilai mata uang Cina dan hutang Amerika, serta urusan dengan Korea Utara dan Birma ditambah dengan masalah perubahan iklim. “Hubungan saling menguntungkan” Langkah itu menurut Ben Rhodes, pejabat senior di Dewan Keamanan Nasional, merupakan pertanda jelas akan "komitmen kuat presiden untuk bekerja sama secara menyeluruh dengan mitra Asia". Amerika Menganggap Asia adalah wilayah penting, terutama dari segi keamanan, Cina sebagai kekuatan Asia yang sudah melampaui dominasi Amerika di berbagai sektor ekonomi, perdagangan, politik dan militer menjadi kekuatan yang tidak mungkin dihadapinya saat ini. Tahun depan pertumbuhan ekonomi di wilayah Asia diperkirakan mencapai 7%.
Dalam perjalanannya Obama, bertujuan mengirim pesan bahwa Washington masih merupakan pemain yang kuat di wilayah sekaligus upaya untuk meyakinkan kekhawatiran sekutu Amerika sendiri terhadap kekuatan Cina untuk menguasai wilayah.

Adu kekuatan
Seorang pejabat senior Amerika Serikat baru-baru ini mengatakan bahwa "Cina ada di mana-mana, pekerja asal Cina ada di berbagai wilayah mulai dari India hingga Birma sampai Iran". Dia menambahkan bahwa Amerika memandang Cina mengambil alih pengaruh secara ekonomi di sebagian wilayah dunia."Menurut saya pandangan yang ada di Asia adalah bahwa pengaruh Amerika di wilayah itu menurun sementara pengaruh Cina meningkat," ujar Jeffrey Bader, yang mengurus masalah kebijakan Asia di Dewan Keamanan Nasional. "Salah satu pesan yang dibawa oleh presiden dalam kunjungan ini adalah bahwa kami satu negara Asia-Pacifik dan kami berniat untuk terus dalam posisi itu."Secara mengejutkan Bader cukupterus terang saat membicarakan pentingnya hubungan dengan Beijing.Setelah menyebut masalah dalam agenda kunjungan, dia mengakui bahwa tidak satupun agenda Amerika ini "akan sukses tanpa kerjasama dengan Cina". Para pemimpin Cina tampaknya akan gembira dengan pernyataan ini dan besarnya kekuatan yang diakui oleh Amerika Serikat. Bader menambahkan bahwa pemerintah Amerika tidak pernah memandang hubungan itu sebagai "siapa kuat dia menang, tetapi hubungan yang tentu saja ada perbedaan, dan akan saling bersaing di sejumlah sektor. Tetapi kami ingin memaksimalkan sektor-sektor yang bisa dijadikan ajang kerjasama karena tantangan global tidak akan bisa dicapai jika hal itu tidak dilakukan. Jaminan Pemerintah Obama menerapkan pendekatan pragmatis dengan sekutu dan saingannya – tetapi pendekatan ini masih belum membuahkan hasil. Kubu pengkritik pemerintah Obama mengatakan presiden bersikap terlalu mengakomodir baik dengan Cina atau Rusia. "Kebijakan yang disebut 'jaminan
strategis' ini bertujuan meyakinkan Cina bahwa Amerika Serikat tidak berniat menghambat mereka semakin berkuasa. Rincian kebijakan itu masih belum jelas, tetapi sama dengan kebijakan 'memulai dari awal' dengan Rusia, kebijakan itu akan membuat sekutu Amerika merasa khawatir," tulis Robert Kagan dari Carnegie Endowment for International seperti dimuat harian Washington Berbeda dengan pandangan pemerintah terhadap hubungan itu, Kagan mengatakan bahwa "untuk Cina - yang bersikap realistis - persaingan dengan Amerika di Asia Timur adalah bersifat siapa kuat yang menang". Para akademisi juga terus membicarakan arti 'jaminan strategis' ini. Para pengkritik mengatakan kalimat itu lebih bersifat seperti menyenangkan pihak lain, sementara pendukungnya mengatakan kebijakan itu menginginkan Beijing juga memberi jaminan. Setidaknya itu yang dikatakan oleh wakil menteri luar negeri Jim Steinberg saat mengajukan istilah tersebut. "Cina harus meyakinkan seluruh dunia bahwa pembangunan dan peran globalnya yang semakin besar tidak akan membahayakan keamanan dan kesejahteraan Negara lain. Para pakar Asia akan memperhatikan apakah Amerika akan lebih menekan Cina dengan kebijakan itu dalam perjalanan kali ini. Salah satu tekanan itu kemungkinan muncul di Tokyo. Di sini presiden akan berpidato dan dia diperkirakan akan menegaskan kembali keeratan persekutuan Washington dengan Jepang. Diragukan di dalam negeri kini di luar negeri Obama harus meyakinkan Beijing yang dalam praktek politiknya sulit di tebak. Popularitas Obama semasa kampanye tak mampu menopang kinerjanya, Amerika menjadi semakin lemah dan mulai kehilangan pengaruhnya. Langkah politik pragmatis Obama dinilai justru makin melemahkan Amerika sendiri. (beberapa sumber & BBC Indonesia)

Read More......

Carut marut status hukum Bibit-Chandra menimbulkan kesangsian publik terhadap penegakkan hukum di negeri ini. Ketidakpastian hukum yang selama ini hanya di alami rakyat kecil, kini mulai dirasakan oleh pejabat-pejabat publik negara. Tak tanggung-tanggung korbannya adalah penegak hukum dari KPK yang telah menorehkan sukses dalam pemberantasan korupsi. Jika saja KPK mencurigai adanya praktek suap dalam penyelidikan sebuah kasus di Mabes Polri, kiranya bukanlah hal yang jarang terjadi, ini hal yang sering terjadi. Hanya saja selama ini nilainya tidak sebesar yang dicurigai KK atau dilakukan oleh pejabat atau pengusaha. sebagai contoh kalau kita kehilangan kendaraan seperti motor, untuk melapor saja aparat hukum kerapkali meminta uang dengan alasan administrasi. Tilang yang kerap terjadi dijalan juga terkesan aparat bukan sebagai pengayom masyarakat, melainkan sebagai pemalak berseragam yang kerapkali bersembunyi menunggu kesalahan pengendara lalu tiba-tiba muncul dan melakukan tilang, dan berujung dengan istilah damai dengan pemberian sejumlah uang dari pelanggar hukum Lalulintas tersebut.Tak jarang aparat yang melakukan tilang juga bukan dari satuan yang bertugas sebagai Polantas tapi dari satuan lain yang tanpa dilengkapi surat tilang sehingga seringkali masyarakat yang ingin ditilang STNKnya dibawa dan disinta mengambil di tempat tertentu. Dan cukup banyak kejadian hukum sehari-hari yang kalau mau kita kritisi sebenarnya ada di depan mata dan seringkali dihadapi, namun tak pernah kita anggap sebagai sebuah masalah namun tersimpan sebagai bentuk kemarahan terpendam yang suatu saat meledak. Ketika muncul perseteruan antara Polri Vs KPK masyarakat ramai-ramai mencaci-maki Polri dan membela KK. apa sebab? Bukan karena faktor peduli terhadap Bibi-Chandra saja, malah bisa di katakan kepedulian itu kecil persentasenya untuk menyudutkan Polri, yang terbesar justru karena kemarahan-kemarahan yang terpendam selama inilah yang membuat masyarakat membela KPK dalam kasus Bibit-Chandra ini. Ada semacam perasaan senasib antara masyarakat dan Pak Bibit dan ak Chandra, yakni sama-sama mendapat perlakuan tidak adil oleh aparta hukum dalam hal ini Polri. Stigma Polri di masyarakat sudah sangat luar biasa buruk, Polri di tempatkan lebih buruk dari para penjahat. Bahkan tak jarang masyarakat melindungi penduduknya yang terlibat kejahatan sejauh masih dapat di toleransi oleh sistem tata nilai daripada dilaporkan ke Polisi. Dukungan luas kasus Bibit - Chandra hanyalah letupan emosi publik dari ketidak adilan yang mereka rasakan dan alami selama ini. Jika pimpinan Polri tidak cukup bijak dalam memahami fenomena psikologi massa ini, maka institusi Polri selaku penegak hukum akan makin terpuruk. Keterpurukan hukum akan melahirkan pemberontakan-pemberontakan. Umumnya pemberontakan-pemberontakan akan menimbulkan represifitas penegak hukum sebagai otoritas kekuasaan dan situasi selanjutnya akan menjadi tak menentu. Perlu diingat, penyerbuan terhadap penjara Bastile pada zaman Raja Louis IV merupakan bentuk kemarahan massa terhadap perlakuan hukum yang diterapkan oleh penguasa.Tugas Kapolri untuk melakukan reformasi dan rekonstruksi mentalitas aparatnya untuk menjadi pengayom masyarakat sebagaimana cita-cita reformasi '98.

Read More......

WAKIL Presiden Jusuf Kalla (JK) membantah kronologi bailout Rp 6,72 triliun kepada Bank Century yang dipaparkan Menteri Keuangan Sri Mulyani kepada DPR. Berikut kronologi versi Menkeu dan Wapres.

Kronologi Versi Menkeu Sri Mulyani

13 November 2008
BI mengundang Menkeu untuk rapat konsultasi melalui teleconference. Sri Mulyani berada di Washington, Amerika Serikat, bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), untuk menghadiri pertemuan G20.

16 November 2008
BI mengundang Menkeu untuk rapat konsultasi mengenai permasalahan Bank Century.

20 November 2008
BI menyampaikan surat Kepada Menkeu, dengan No 10/232/GBI/Rahasia tentang Penetapan Status Bank Gagal Bank Century dan penanganan tindak lanjutnya yang isinya ditengarai sistemik dan mengusulkan langkah penyelamatan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sesuai pasal 18 Perpu Jaring Pengaman Sektor Keuangan (JPSK).
BI dan Menkeu rapat Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK), membahas Bank Century. Perpu JPSK Pasal 1 angka 9 Bank Gagal adalah bank yang mengalami kesulitan keuangan dan membahayakan kelangsungan usahanya serta tidak dapat lagi disehatkan oleh BI sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya.

21 November 2008
Rapat KSSK menetapkan Bank Century sebagai Bank Gagal berdasarkan assesment. BI meminta pertemuan KSSK menyatakan Century adalah Bank Gagal, jika tidak ditangani dengan benar berdampak sistemik.
Komite Koordinasi menetapkan penyerahan Bank Century kepada LPS. Landasannya UU LPS Pasal 1 ayat 9 (UU 24 tahun 2004) Komite Koordinasi yang terdiri dari BI, Menkeu, dan LPS. Kami serahkan ke LPS karena disebut BI sebagai Bank Gagal yang menyebabkan sistemik sehingga harus diserahkan ke LPS. Sejak itu, penanganan Bank Century diserahkan ke LPS. Surat No 01/KK.012008 ditandatangani Komite Koordinasi Menkeu, Gubernur BI, Ketua Komisioner LPS tertanggal 21 Nov 2008.

27 Agustus 2009
Sampai kini BI tak pernah menggunakan fasilitas pendanaan darurat (FPD). Jika tak gunakan FPD, maka tidak ada implikasi ke APBN. Penanganan sepenuhnya oleh LPS, tetapi tidak berimplikasi ke APBN. Jadi, ini ditangani sepenuhnya oleh LPS.

Kronologi Versi Wapres Jusuf Kalla

JUSUF Kalla (JK) membantah mendapat laporan bailout dari Menkeu Sri Mulyani pada 22 November 2008. JK baru mendapat laporan pada 25 November 2008 dari Menkeu dan Gubernur Bank Indonesia Boediono, setelah bailout dilakukan (23 November 2008). Karena pada Sabtu 22 November , JK tidak berkantor, tapi sedang kunjungan kerja ke Sunda Kelapa dan Cibinong (LIPI).

Kronologi Bailout versi LPS

LEMBAGA Penjamin Simpanan (LPS) yang mengambil alih Bank Century, membeberkan kronologis penyuntikan (bailout) dana Rp 6,72 triliun ke Bank Century. Berikut penjelasan Direktur Eksekutif LPS Firdaus Djaelani, kepada Komisi XI DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (27/8/2009)

23 November 2008
Jumlah dana yang dikucurkan Rp2,776 triliun. Bank Indonesia (BI) menilai untuk CAR delapan persen dibutuhkan dana sebesar Rp2,655 triliun. Dalam peraturan LPS, LPS dapat menambah modal sehingga CAR bisa mencapai 10 persen, yaitu Rp2,776 triliun.

5 Desember 2008
LPS mengucurkan Rp2,201 triliun. Dana tersebut untuk memenuhi ketentuan tingkat kesehatan bank.

3 Februari 2009
LPS selanjutnya mengucurkan Rp1,55 triliun untuk menutupi kebutuhan CAR berdasarkan hasil assesment BI, atas perhitungan direksi Bank Century.

21 Juli 2009
Selanjutnya dikucurkan Rp630 miliar untuk menutupi kebutuhan CAR. Keputusan tersebut juga berdasarkan hasil assesment BI atas hasil audit kantor akuntan publik (AP). Sehingga dana yang dikucurkan mencapai Rp 6,762 triliun. Sebelumnya dalam kesepakatan awal pada 20 November 2008, BI melalui data per 31 Oktober, CAR Bank Century adalah minus 3,52 persen dan kebutuhan modal untuk menaikkan CAR menjadi delapan persen adalah sebesar Rp 632 miliar.(*)

Tiga soal Membelit Robert Tantular

PEMILIK saham mayoritas Bank Century, Robert Tantular, telah dituntut 8 tahun penjara dan denda Rp 50 miliar subsider 5 bulan penjara, karena melakukan tindak pidana perbankan dengan tiga dakwaan. Dia akan menghadapi vonis di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 10 September 2009

Pertama, Robert terbukti menyuruh memindahbukukan deposito valuta asing milik pengusaha Boedi Sampoerna 18 juta dolar AS. Ia juga menyuruh mencairkan deposito tersebut tanpa seizin pemiliknya.

Kedua, Robert menyuruh pegawai bank mengucurkan kredit ke PT Wibowo Wadah Rejeki Rp 121,3 miliar dan ke PT Accent Investment Indonesia Rp 60 miliar tanpa prosedur yang benar. Kredit diberikan dulu, baru persyaratan administrasi dilengkapi kemudian.

Ketiga, Robert mengingkari letter of commitment yang ia teken pada 15 Oktober 2008 dan 16 November 2008. Surat itu menyatakan kesanggupan Robert bersama dua pemegang saham Century lainnya, Ravat Ali Rizvi dan Hesham Al-Warraq, membayar surat berharga hampir jatuh tempo sebesar 188,4 juta dolar AS. Surat itu juga menyatakan mereka sanggup mengembalikan surat berharga Century yang dikuasai First Gulf Asia Holding Limited sebesar 15,8 juta dolar AS. Ravat dan Hesham kini buron.(*sumberhttp://eddymesakh.wordpress.com)

Read More......

Kediri: Kerangka jenazah yang digali dari makam yang diduga milik Tan Malaka, tokoh revolusioner yang dicap beraliran kiri yang dimakamkan di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jatim rencananya dibawa ke Jakarta guna identifikasi untuk tes DNA.

"Kami akan langsung membawa kerangka tersebut ke Jakarta, dan akan diteliti langsung oleh tim ahli forensik dari FKUI," kata ketua panitia pembongkaran makam Tan Malaka, Zulfikar Kamarudin, di lokasi pembongkaran, Sabtu (12/9).

Ia mengungkapkan, tes yang dibantu oleh empat orang ahli forensik tersebut dimaksudkan untuk mengetahui dengan pasti identitas kerangka tersebut. Rencananya, kerangka itu akan di tes, dan akan dicocokkan dengan DNA di tubuhnya.

Menurut dia, waktu yang diperlukan untuk tes DNA tersebut sekitar tiga pekan. Selama itu, pihaknya akan menunggu, sambil mempersiapkan langkah selanjutnya, termasuk kepastian akan positif maupun negatif terhadap jasad Tan Malaka.

Ia juga mengaku, sangat berterimakasih baik kepada pemerintah maupun warga umum, yang masih tetap antusias untuk menyaksikan pembongkaran makam yang diduga terdapat jenazah Tan Malaka.

"Kami tidak ada maksud politik apapun, terkait dengan pembongkaran tersebut. Hal itu kami lakukan, hanya untuk mengetahui tentang seseorang, yang kemungkinan Datuk Tan Malaka," kata kemenakan Tan Malaka tersebut.

Kepada masyarakat, ia juga mengungkapkan, harapanya supaya tetap mengenang jasa pahlawan Tan Malaka. Walaupun ia dianggap beraliran kiri, ia memastikan langkah yang dilakukan Tan Malaka, semata-mata untuk melawan penjajah dengan semangat "Marxis".

Sebelum kegiatan penggalian makam tersebut, awalnya didahului dengan doa-doa yang dibacakan seorang kiai setempat. Sekitar empat orang warga yang diminta untuk membongkar langsung melakukan aksinya, begitu kiai usai membacakan doa.

Adapun makam yang dibongkar tersebut terletak di sebelah kiri makam yang terletak batu di atasnya. Di kedalaman sekitar dua meter, mereka menemukan berbagai kerangka, seperti kepala, serta serpihan tulang yang mirip dengan gigi. Selain itu, juga ditemukan benda yang mirip dengan kain kafan.

Usai benda-benda tersebut diambil dari lubang makam, selanjutnya barang-barang tersebut ditaruh di tempat khusus, untuk keperluan tes DNA kelak.

Dokter spesialis forensik dan DNA FKUI, dr Djaya Surya Atmadja, SpF, PhD, SH, DFM mengungkapkan, pihaknya akan melakukan dengan metode antropologi forensik, dengan mengambil semua sisa kerangka. Hal itu dilakukan, untuk mengetahui dengan pasti fisik kerangka tersebut.

"Kami menemukan beberapa kerangka, di antaranya tulang yang mirip dengan gigi, serta bagian kepala. Kami merencakan akan melakukan tes dengan metode antropologi forensik, untuk dapat mengetahui secara fisik," katanya mengungkapkan.

Sementara itu, Camat Semen, Agus Suntoro yang mewakili muspida mengaku berharap banyak dengan penggalian yang dilakukan panitia nasional tersebut.

Selain berharap, makam tersebut memang terdapat jenazah Tan Malaka, pemkab juga mempunyai rencana untuk membuat wisata sejarah. Sehingga warga Indonesia tidak melupakan para pahlawan bangsanya.

Lokasi makam desa Selopanggung yang hanya seluas 500 meter tersebut berada di sekitar tiga kilometer lebih dari jalan raya desa. Di lokasi tersebut terdapat tiga makam kuno, di antaranya makam Tan Malaka, makam Mbah Selorejo, yang diduga adalah putra adipati Bojonegoro, serta makam Mbah Ketir, seorang putra adipati dari Tuban.

Belum ada yang mengetahui dengan pasti, kerangka di makam tersebut, khususnya Tan Malaka, mengingat saat ini masih akan dilakukan tes DNA.

Bahkan, pihaknya juga belum berani mengambil kesimpulan resmi dari hasil riset Direktur Penerbitan Institut Kerajaan Belanda untuk Studi Karibia dan Asia Tenggara atau KITLV di Leiden, Harry A Poeze, yang meneliti Tan Malaka sejak tahun 1971.

Dalam penelitian tersebut, Harry menyebut, Tan Malaka sengaja dibunuh oleh pasukan Batalyon Sikatan pimpinan Letnan Dua Soekotjo. Ia tewas pada tanggal 21 Februari 1949, dan tubuhnya dimakamkan di tempat pemakaman itu, tanpa disertai dengan nisan.(Metrotvnews.com/Ant/FHD)

Read More......

SALURAN KOMUNIKASI POLITIK
A. Ragam Saluran Komunikasi Politik.
Beberapa bentuk saluran komunikasi politik yang akan diungkapkan disini, dalam fungsi yang berbeda memang telah dikemukakan sebelumnya yakni sebagai komunikator dalam komunikasi politik, oleh karena beberapa unsur tertentu yang dimaksudkan ternyata memang bisa berfungsi ganda. Ia dapat berfungsi sebagai sumber/komunikator di satu saat, tetapi pada waktu tertentu lebih berfungsi sebagai saluran atau media, dan pada waktu yang lain berfungsi sebagai keduanya.
Kegandaan fungsi itu bukanlah sesuatu yang aneh karena suatu pihak dalam berlangsungnya proses komunikasi memang tergantung dari mana kita akan meninjaunya. Birokrasi (pemerintah) misalnya, di satu pihak merupakan komunikator yang menyampaikan pesan-pesan yang berasal dari pemerintah, namun dalam kesempatan lain ia juga dapat berfungsi sebagai saluran bagi lewatnya informasi yang berasal dari khalayak masyarakat. Fungsi yang ganda itu terutama ditemui pada unsur-unsur yang bersifat organisasional/institusional seperti pemerintah, partai politik, kelompok kepentingan, kelompok penekan, dan media massa. Dengan begitu memang kelihatan bahwa dalam prakteknya dapat saja terjadi saling tukar tempat antar unsur-unsur komunikasi tersebut. Pengertian saluran komunikasi politik di dalam pembahasan ini memang luas cakupannya. Segala sesuatu pihak atau unsur yang memungkinkan sampainya pesan-pesan politik termasuk ke dalam saluran komunikasi politik. Bahkan yang diistilahkan Almond dan Powell (dalam Nasution, 1990) sebagai struktur-struktur komunikasi pun, sebenarnya dimaksudkan sebagai saluran-saluran komunikasi politik. Struktur-struktur komunikasi politik yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Struktur wawanmuka informal. Struktur ini merupakan saluran yang efektif dalam penyampaian pesan-pesan politik. Seterusnya, seperti yang ditemukan pada sistem organisasi manapun, ternyata disamping struktur yang formal dari suatu organisasi/sistem, senantiasa terdapat pula struktur informal yang membayanginya. Saluran ini memang bersifat bebas dalam arti tidak terikat oleh struktur yang formal, namun tidak semua orang dapat akses ke saluran ini dalam kadar yang sama. Mereka yang bisa akses ke saluran informal ini biasanya akan memperoleh lebih banyak informasi ketimbang yang tidak akses, meskipun hal ini masih ditentukan oleh beberapa factor lain.
2. Struktur sosial tradisional. Struktur ini merupakan saluran komunikasi yang memiliki keampuhan-keampuhan tersendiri, karena pada masyarakat yang bersangkutan memang arus komunikasi ditentukan oleh posisi sosial pihak yang berkomunikasi (khalayak maupun sumber). Artinya, pada lapis yang mana yang bersangkutan berkedudukan dan (tentunya akan menentukan pula) akses di susunan sosial masyarakat tersebut. Dalam masyarakat tradisional, susunan struktur sosial yang ada menentukan siapa yang layak berkomunikasi dengan siapa, tentang masalah apa, dan dengan cara apa. Dengan kata lain, struktur sosial tradisional pada hakekatnya mempunyai aturan-aturan yang menentukan baik pola maupun arus komunikasi yang berlangsung dalam masyarakat tersebut. Bahkan jika diamati lebih jauh, dalam masyarakat yang masih tradisional, sampai-sampai peran komunikasi seseorang (apakah sebagai komunikator, atau cuma penyampai/saluran, atau hanya berhak menjadi penerima saja) seakan-akan telah ditentukan menurut ketentuan yang berlaku di lingkungan tempat tersebut. Sekalipun harus diakui bahwa penetapan peran tersebut tidak bersifat mutlak, namun karena sifat kehidupan di masyarakat tradisional yang serba preskriptif, maka seolah-olah seorang individu tidak lagi bebas untuk menentukan sendiri peran komunukasi yang diinginkan (atau diperlukan), melainkan harus disesuaikan dengan posisi sosial si individu yang bersangkutan. Secara tidak sadar, sebenarnya sejak masa masyarakat tradisional dulu telah diakui betapa informasi atau lebih luas lagi komunikasi, merupakan sesuatu yang amat dekat dengan kekuasaan. Pye (1963) menggambarkan karakteristik yang mencolok dari proses komunikasi pada masyarakat tradisional, sebagai berikut;
a. Tidak terorganisir sebagai suatu sistem yang jelas terbedakan dari proses-proses sosial yang lainnya.
b. Mereka berpartisipasi dalam proses komunikasi tersebut, melakukan atas dasar posisi sosial atau politik yang diduduki oleh yang bersangkutan dalam masyarakatnya, dan sepenuhnya menurut ikatan pribadi mereka.
c. Informasi biasanya mengalir mengikuti garis hirarkhi sosial atau menurut pola yang telah tertentu berdasarkan hubungan sosial pada tiap komunitas.
d. Proses komunikasi tersebut tidak independen dari aturan hubungan sosial, ataupun isi komunikasi yang disampaikan. Penyebabnya adalah karena proses komunikasi yang dimaksud umumnya erat berkaitan dengan struktur dasar masyarakat tradisional, maka tindakan mengevaluasi, menginterpretasikan, dan memberi respon terhadap segala aktivitas komunikasi umumnya diwarnai oleh pertimbangan-pertimbangan yang langsung berhubungan dengan hirarkhi status antara komunikator dan khalayak.
3. Struktur masukan (input) politik. Yang dimaksud dengan struktur masukan adalah struktur yang memungkinkan terbentuknya/dihasilkannya input bagi sistem politik yang dimaksud. Struktur-struktur input politik seperti serikat sekerja, kelompok-kelompok kepentingan, dan partai politik, merupakan saluran informasi yang bermakna dalam komunikasi politik. Merupakan sifat paling dasar bagi organisasi-organisasi yang disebut tadi, untuk melakukan transmisi kepentingan, baik yang umum (popular) dan yang khusus, ke arah yang digariskan oleh kepemimpinan politik yang berkuasa. Kehadiran struktur-struktur yang dimaksud ini, menurut mereka –setidak-tidaknya pada sistem yang membolehkan mereka bebas dari kontrol pemerintah- merupakan kesempatan bagi warga negara biasa untuk mempunyai sejumlah besar saluran untuk akses ke elit politik. Dengan akses ke salah satu struktur itu, dan kebebasan untuk membentuk yang baru, bila diperlukan , maka warga negara dengan mudah dapat menyuarakan tuntutan-tuntutan mereka.
4. Struktur keluaran (output) politik. Adalah struktur formal dari pemerintahan. Struktur kepemerintahan, khususnya birokrasi, memungkinkan pemimpin-pemimpin politik mengkomunikasikan petunjuk bagi pelaksanaan peraturan-peraturan untuk bermacam pemegang jabatan politik dengan cara yang efisien dan jelas. Efisien, karena jalur kepemerintahan tentunya dengan dukungan kewenangan dan wibawa yang dimilikinya dapat dipakai untuk menyampaikan pesan-pesan secara cepat dan mudah. Jalur birokrasi juga memungkinkan penyampaian pesan-pesan secara jelas karena, terutama karena mereka yang berada dalam jajaran birokrasi secara otomatis telah memiliki bahasa yang kurang lebih sama, yang memungkinkan pengertian-pengertian menjadi lebih jelas di antara sesama mereka, ketimbang orang-orang yang berada di luar jalur tersebut. Struktur ini juga berperan penting dalam mensuplai informasi dalam jumlah besar kepada publik. Bahkan bukan hanya informasi yang menyangkut aturan resmi seperti peraturan-peraturan, melainkan juga release berita yang dikeluarkan pemerintah, yang nyatanya merupakan sumber informasi penting bagi media massa di banyak masyarakat.
5. Media massa. Saluran media massa, sudah barang tentu, sesuai dengan fungsi aslinya merupakan saluran penting dalam komunikasi politik. Namun dalam membicarakan saluran media massa dalam rangka komunikasi politik, selalu dikaitkan dengan konsep-konsep mengenai:
a. kebebasan media massa.
b. Independensi media massa pada suatu masyarakat dari control yang berasal dari luar dirinya, seperti pemerintah, pemegang saham, kaum kapitalis/industrialis, partai politik, ataupun kelompok penekan.
c. Integritas media massa sendiri pada missi yang diembannya.
Ketiga hal tersebut memang membawa konsekuensi yang berbeda dalam pelaksanaan peran media massa sebagai saluran komunikasi politik, sesuai dengan kondisi yang dipunyai oleh masing-masing masyarakat tempat media massa itu berada. Terlepas dari ketiga hal di atas, secara umum media massa mempunyai peranan tertentu dalam menyalurkan pesan-pesan, informasi, dan political content di tengah masyarakatnya.
Saluran-saluran lain yang juga berperan dalam penyampaian pesan-pesan politik, diantaranya lobbying, media tradisional, demontrasi, kesenian dan kebudayaan, sastra, media-media khusus seperti telepon, koran dinding, spanduk, brosur, leaflet, rapat umum, gossip, rumor.
Menurut Nasution (1988), yang membedakan suatu sistem politik modern dengan sistem politik tradisional ialah, adanya kebutuhan akan interaksi yang konstan antara lembaga-lembaga politik dengan para pemimpin di satu pihak, dan dengan komponen-komponen sosial yang luas di pihak lain. Perbedaan ini menunjukkan betapa pentingnya saluran-saluran komunikasi dalam perkembangan suatu sistem politik modern. Galnoor (dalam Nasution, 1990) menghubungkan peranan saluran ini dengan kebutuhan suatu sistem politik akan dukungan politik yang hanya bisa diperoleh jika jaringan komunikasi berhasil menembus hingga kebagian-bagian masyarakat yang relevan dengn politik. Ia mengartikan penerobosan (penetrasi) saluran tersebut sebagai suatu kemampuan untuk melintasi atau menembus batas-batas geografis dan sosial yang terdapat dalam suatu masyarakat. Karena itu pula, atribut-atribut yang biasanya bersifat unik untuk tiap-tiap masyarakat akan menentukan jenis saluran penerobos yang mana dipakai untuk menembus bagian-bagian tertentu masyarakat yang dimaksud. Mao dan Gandhi misalnya, disebut telah menggunakan saluran kepemimpinan garis massa untuk dapat menjangkau seluruh bangsa Cina dan India yang tersebar luas itu.
B. Saluran Media Massa dalam Komunikasi Politik.
Dengan suatu sistem komunikasi yang otonom, maka komunikasi yang bersifat tertutup (covert) pada birokrasi, kelompok-kelompok kepentingan, dan partai politik, sampai tingkat tertentu dapat diatur dan dikendalikan dengan publisitas. Pada saat yang sama, kepentingan-kepentingan yang laten (tidak dinyatakan secara terang-terangan) di tengah masyarakat dapat dibuat menjadi ekspilisit melalui media komunikasi yang netral.
Otonomi media komunikasi memungkinkan suatu arus informasi yang bebas dari masyarakat ke pemerintahan, dan di dalam pemerintahan sendiri, serta dari suatu struktur politik ke struktur politik yang lain. Hal iru juga memungkinkan adanya suatu umpan balik yang terbuka dari output sistem politik ke input sistem politik kembali.
Pada sebagian masyarakat transisional para pemimpin politik memandang pembangunan media massa modern sebagai sesuatu kekuatan untuk menegakkan persatuan nasional, sekalugus sebagai daya untuk mengerakkan modernisasi. Dengan menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi dalam hal bahasa, perbedaan tingkat pengetahuan, kepercayaan, dan kebiasaan, maka perluasan komunikasi berfungsi sebagai jembatan bagi sistem-siste yang tadinya dicirikan oleh arus komunikasi yang amat heterogen.
Masalah membangun identitas nasional memang merupakan suatu persoalan yang kompleks. Disamping kekuatan positif media massa nasional, pengembangan suatu kultur politik yang stabil dan homogen akan tergantung dalam banyak hal kepada arah yang dikembangkan oleh struktur komunikasi yang ikut serta dari kalangan partai, kelompok kepentingan, dan para pemimpin opini, yang berhubungan dengan warga masyarakat secara lebih langsung.
Sebagian informasi, khususnya yang disampaikan oleh media massa akan melintasi garis-garis batas geografis dan kelas sosial. Namun dua karakteristik perubahan attitude akan membatasi dampak media tersebut. Yang pertama adalah interpretasi informasi melalui media massa tentunya akan dilakukan oleh para pemimpin opini. Pemimpin opini itu sendiri akan amat dipengaruhi oleh hubungan antar personanya (jaringan sosialnya), yang menurut penelitian selama ini menunjukkan hasil yang konsisten, bahwa pengaruhnya lebih kuat dalam hal persuasi ketimbang media massa.
Yang kedua, sekalipun secara persis masih diperdebatkan, tapi dalam banyak hal media massa diakui sebagai saluran yang berkemampuan untuk menyampaikan lebih dari sekedar informasi politik. Artinya, media massa dapat dibuktikan mempunyai efek politik dalam suatu kelangsungan sistem politik suatu masyarakat. Kekuatan media, dalam kaitan ini, menurut Gurevitch dan Blumler (dalam Nasution, 1990) bersumber dalam tiga hal, yaitu struktural, psikologis, dan bersifat normatif. Akar struktural kekuatan media massa bersumber pada kemampuannya yang unik untuk menyediakan khalayak bagi para politisi yang ukuran dan komposisinya tidak akan diperoleh para politisi dimaksud melalui alat yang lain. Sedangkan akar psikologis dari kekuatan media bersumber pada hubungan kepercayaan dan keyakinan yang berhasil diperoleh (meskipun dengan tingkat yang berbeda-beda) oleh organisasi media dari anggota khalayaknya masing-masing. Ikatan saling percaya ini tumbuh berdasarkan pada pemenuhan harapan khalayak selama ini dan validasi dari hubungan percaya mempercayai di masa lampau antara media yang bersangkutan dengan khalayaknya. Kombinasi antara akar struktural dan akar psikologis tadi memungkinkan media mendudukan diri di tengah-tengah –antara politisi dan khalayak- dan sekaligus mencampuri proses politik yang berlangsung. Campur tangan tersebut mungkin saja tidak disukai oleh banyak pihak termasuk kalangan politik dimaksud. Di sini kemudian, tampillah sifat normatif media yang bersumber pada prinsip-prinsip demokrasi mengenai kebebasan menyatakan pendapat, kebutuhan akan perlingdungan terhadap warga negara dari penyalahgunaan kekuatan politik, yang memberi legitimasi kepada peran independensi media dari kendali politik (baca handsout komunikasi massa: teori-teori normatif komunikasi massa).
Media massa dianggap memiliki peranan yang unik dalam pembangunan politik, karena memiliki suatu instrumen teknologi yang independen, yang produknya dapat menjangkau ke tengah-tengah masyarakat dalam jumlah yang besar (Gerbner dalam McQail, 1987). Di samping itu, media massa menganggap diri sebagai perantara yang independen antara pemerintah dengan publik.
C. Pemanfaatan Saluran-Saluran Komunikasi Politik
Berfungsinya saluran-saluran komunikasi politik dalam suatu sistem politik tergantung pula bagaimana pemanfaatan saluran-saluran tersebut oleh masyarakat, dan apakah masyarakat dapat akses sepenuhnya ke saluran-saluran tersebut. Galnoor (dalam Nasution, 1990) menekankan masalah pemanfaatan saluran ini karena menurut pendapatnya mobilitas politik dan masalah akses ke jaringan komunikasi merupakan prasyarat bagi tumbuhnya partisipasi politik. Ia mengartikan partisipasi politik sebagai aktivitas pribadi warga negara yang bertujuan untuk mempengaruhi pengemudian yang aktual darti sistem politik yang bersangkutan.
Suatu partisipasi politik dalam kaitannya dengan komunikasi politik, menurut Galnoor (dalam Nasution, 1990), mencakup hal-hal berikut:
1. Kemampuan memprakarsai suatu pesan informasi oleh para individu yang menginginkan sesuatu dari sistem politik, atau memberikan respon terhadap sesuatu yang akan atau telah dilaksanakan. Dengan perkataan lain, suatu usaha untuk menggunakan jaringan komunikasi dan saluran-salurannya untuk tujuan yang disebut di atas.
2. Pemanfaatan secara otonom jaringan komunikasi politik yang ada, dalam pengertian bukan sekedar hasil mobilisasi dari atas.
3. Upaya informasional yang bukan sekedar suatu praktek berkomunikasi, tetapi benar-benar sebagai suatu upaya untuk memperoleh dampak –yakni menyampaikan pesan-pesan kekuasaan untuk mempengaruhi kemudi sistem politik yang bersangkutan.
Selanjutnya ia mengatakan bahwa pemanfaatan saluran komunikasi politik tersebut berhubungan dengan dua tahap perkembangan politik yang demokratis, yaitu:
a. Partisipasi responsif, dimana anggota masyarakat memberikan suara, menyampaikan keluhan, kepada para pejabat, dan barangkali mengidentifikasikan diri merka melalui tanda-tanda identitas tertentu. Nemun dalam tahap ini, konsepsi masyarakat mengenai politik masih dalam pola subject participant atau pelaku peserta, dan peranan mereka sebagai komunikator politik yang otonom masih relatif terbatas.
b. Partisipasi dengan keterikatan atau commited participation dimana masyarakat berkampanye dan mengorganisir diri sendiri karena mereka akan berhasil mengubah keadaan. Komitmen mereka berkaitan dengan tingkat keampuhan yang tinggi (dari upaya bersama tersebut) dan dibuktikan dengan investasi sumber-sumber politik pribadi milik mereka seperti: waktu, dana, kontak-kontak, dan reputasi. Para partisipan dalam tahap ini benar-benar terlibat dalam politik baik secara pribadi maupun psikologis.

Read More......

Jurnalis Media Online
Selain menguasai - tentu saja - ilmu jurnalistik, seo-rang jurnalis media online hendaknya juga menguasai dasar-dasar HTML[3] . Tidak harus terlalu men-dalam, cukup yang umum-umum saja. Minimal, mereka harus mengetahui bagaimana cara membuat huruf te-bal, huruf miring, menempatkan gambar di dalam nas-kah, membuat /hyperlink// *[4]*/ , dan beberapa pengetahuan HTML mendasar lainnya. Ini akan sangat membantu mereka dalam pembuatan tulisan yang sesuai dengan sifat-sifat halaman web yang jauh berbeda dengan halaman media cetak.
Biasanya panjang naskah telah dibatasi, misalnya 5 - 7 halaman kuarto diketik dua spasi. Tidak ada pemba-tasan panjang naskah, karena halaman web bisa me-nampung naskah yang sepanjang apapun. Namun demi alasan kecepatan akses, keindahan desain dan alasan-alasan teknis lainnya, perlu dihindarkan penulisan naskah yang terlalu panjang.
Naskah biasanya harus di-ACC oleh redaksi/redpel sebelum dimuat. Sama saja. Namun ada sejumlah me-dia yang memperbolehkan wartawan di lapangan yang telah dipercaya untuk meng-upload[ 5] sendiri tulisan-tulisan mereka.
Editing
Kalau sudah naik cetak (atau sudah di-filmkan pada proses percetakan), tak bisa diedit lagi. Walaupun sudah online, masih bisa diedit dengan leluasa. Tugas desainer atau layouter. Tiap edisi, desainer atau layouter harus tetap bekerja untuk menyelesaikan desain pada edisi tersebut. Desainer dan programmer cu-kup bekerja se-kali saja, yakni di awal pembuatan situs web. Selanjutnya, tugas mereka hanya pada masalah-masalah /main-tenance/ atau ketika perusahaan memutuskan untuk me-ngubah desain dan sebagainya. Setiap kali redaksi meng-upload naskah, naskah itu akan langsung “masuk” ke desain secara otomatis.
Distribusi
Walau sudah selesai dicetak, media tersebut belum bisa langsung dibaca oleh khalayak ramai sebelum melalui proses distribusi. Begitu di-upload, setiap berita dapat langsung dibaca oleh semua orang di seluruh du-nia yang memiliki akses internet.
Alur Kerja
Secara teknis, tugas redaksi media online cukup mudah. Ia hanya perlu mengisi sebuah *formulir online*. Ada isian judul, ringkasan berita atau /lead/, artikel pe-nuh, dan isian-isian lainnya. Setelah mengklik tombol *Submit* atau *Kirim*, arti-kel tersebut sudah langsung online.
Mengenai alur kerja, sebenarnya media online tidak jauh berbeda dengan me-dia cetak. Karena sifatnya yang harus menyajikan berita secara cepat (sebagai-mana halnya media elektronik), maka media online perlu me-lakukan beberapa penyesuaian di dalam proses ker-janya.
Ketika ada kejadian, reporter di lapangan menelepon redaktur. Si redaktur pun menelepon balik si reporter, meminta informasi lebih lanjut, dan jika perlu dilakukan cek dan ricek. Setelah itu, redaktur menulis naskah dan meng-uploadnya melalui formulir online. Ini adalah contoh alur kerja yang standar.
Bisa juga, si reporter melakukan reportase dan me-nulis sendiri. Tulisan ini diki-rim ke redaksi melalui email atau media-media lain. Proses selanjutnya sama seperti di atas. Umumnya, yang berhak untuk meng-upload naskah hanyalah redaksi. Namun, ada media tertentu yang memberikan wewenang khusus kepada reporter tertentu yang telah dipercaya. Si reporter ini bisa meng-upload sendiri berita yang mereka tulis, melalui komputer warnet, laptop, atau media-media lain yang memung-kinkan.
Masih ada beberapa alur kerja yang bisa diterapkan pada media online. Namun alur-alur di atas cukuplah menjadi contoh. Semoga dapat menjadi gamba-ran yang memuaskan.
Teknis Pengiriman
Halaman web memiliki sifat yang sangat berbeda dengan halaman media cetak. Karena itu, jika Anda hen-dak mengirim naskah ke sebuah media online, hen-dak-nya Anda memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Ketiklah naskah dengan program NotePad atau program-program sejenis (bukan program pengolah kata seperti MS Word dan sebagainya). Penulisan naskah dengan pengolah kata seperti MS Word biasanya menghasilkan banyak “karakter aneh” ketika naskah tersebut diproses oleh redaksi.
2. Pisahkan pergantian alinea dengan menekan tombol enter sebanyak dua kali. Kenapa? Sebab penulisan nas-kah di website tidak mengenal format “awal paragraf ditandai dengan pengetikan agak menjorok ke dalam” seperti yang bia-sa ditemui pada media cetak. Kalau tombol enter hanya ditekan sekali, pembaca akan ke-sulitan melihat batas-batas alinea.
3. Jangan pakai tombol tab atau menekan tombol spasi lebih dari satu kali. Tabulasi akan diabaikan oleh halaman web. Sementara jika Anda menekan tom-bol spasi sebanyak apapun, yang dipakai hanya satu. Jadi percuma saja Anda repot-repot mengatur tabulasi dan spasi yang macam-macam.
Karena internet adalah dunia yang bebas, Anda memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk belajar dengan melakukan praktek langsung. Caranya: buatlah sebuah situs dan kelola dengan serius. Siapa pun bisa membuat situs di internet, tak ada yang melarang!

Read More......

Sekilas Cara Membuat Situs
Dalam artikel ini akan diulas beberapa hal yaitu :
1. Terminologi dinamis dan statis
2. Persiapan
3. Pembangunan
4. Hosting
5. Upload
6. Maintenance
Dinamis, statis?
Sebelum memulai pembuatan situs, Anda harus punya bayangan bagaimana
halaman-halaman situs Anda nantinya. Terutama dalam hal apakah halaman situs
Anda nantinya bersifat statis atau dinamis. Halaman yang statis akan selalu
memunculkan tampilan dan isi yang sama tanpa membedakan hal-hal yang berkaitan
dengan pengaksesan halaman tersebut misalnya usernya siapa, kapan waktu akses,
privelege user dll. Halaman statis juga tidak terkoneksi dengan database. Keuntungan
halaman yang sifatnya statis adalah mudah dalam pembuatannya. Penulisan kode
sampai desain tampilannya relatif mudah dilakukan. Bahkan dengan software web
authoring semacam Macromedia Dreamweaver, Anda bisa mendesain halaman web
nyaris tanpa harus menuliskan kode-kode html.
Kerugian halaman statis adalah menyatunya antara tampilan dengan informasi.
Anda tidak bisa mengubah data tanpa bersentuhan dengan masalah tampilan halaman
tersebut secara langsung. Hal ini akan sangat menyulitkan jika data berupa daftar
tertentu yang sering berubah-ubah. Tentunya akan sangat merepotkan jika kita akan
mengubah isi saja dari halaman tersebut tetapi harus berurusan dengan lebar tabel,
jumlah kolom dan baris tabel, bullet and numbering, dan format tampilan lainnya.
Jika halaman situs nantinya akan terkoneksi dengan database atau memiliki
rutin-rutin tertentu layaknya program aplikasi seperti pemanggilan fungsi, looping,
pengecekan kondisi if-then dll, dan bisa menampilkan informasi secara dinamis Anda
harus menggunakan script. Untuk itu Anda tidak hanya harus tahu bahasa html, akan
tetapi juga harus familier dengan logika pemrograman dan menguasai salah satu
bahasa scripting.
Halaman dinamis memberikan keuntungan lebih banyak dalam waktu jangka
panjang. Memang waktu, pikiran dan tenaga yang dibutuhkan untuk tahap
pembangunan lebih banyak. Akan tetapi hal ini akan terbayar lunas beserta
keuntungannya dengan kemudahan update informasi, pengembangan yang mudah,
fleksibilitas yang luas, dan situs kita akan tampak lebih cerdas.
Persiapan
Untuk perangkat keras, yang Anda perlukan cukup satu buah komputer yang
nyaman digunakan. Software yang Anda butuhkan adalah software web server, bahasa
script web, software database (jika Anda akan menggunakan database dalam situs
Anda), dan editor untuk script yang Anda gunakan. Dengan web server, Anda bisa
mengakses file-file web seakan-akan Anda benar-benar terkoneksi ke internet, selama
file-file tersebut terdapat di localhost. Bahasa script digunakan jika Anda akan
membuat situs yang dinamis, jika tidak, maka Anda tidak memerlukan bahasa script.
Untuk editornya, Anda bisa menggunakan notepad atau software editor lainnya,
dengan catatan file yang Anda simpan harus disesuaikan ekstensinya. Sebaiknya Anda
menggunakan editor yang sudah dilengkapi dengan syntax highlighting dan bisa
menampilkan output tampilan secara langsung. Kombinasi yang populer digunakan
dan sudah penulis coba adalah Apache Web Server (www.apache.org) sebagai server,
PHP (www.php.net) sebagai bahasa scriptnya, MySql (www.mysql.com) sebagai
database dan editornya adalah Quanta Plus (http://quanta.sourceforge.net). Softwaresoftware
tersebut dapat Anda gunakan secara gratis dan legal. Quanta adalah software
web authoring yang sangat mudah digunakan. Coding dan designing bisa dilakukan
sekaligus dengan sangat menyenangkan. Jika Anda menggunakan Linux Mandrake
v.10, program-program tersebut terdapat dalam CD instalasinya (biasanya 5 cd).
Untuk sistem operasi Windows, Anda cukup menginstal PHPTriad. PHPTriad
layaknya sebuah paket software yang berisi Apache web server, PHP, MySql
Database dan program pendukung seperti PhPMyAdmin. Akan tetapi PHPTriad
belum dilengkapi dengan editor php. Anda bisa menggunakan software tertentu yang
ragamnya sangat banyak misalnya Macromedia Dreamweaver, Edit Plus dll.
Pembangunan Situs
Selanjutnya Anda bisa memulai membuat halaman-halaman situs Anda. Jika
sistem operasi Anda adalah Windows dan Anda menggunakan Apache sebagai server,
maka simpanlah file-file halaman situs Anda di folder C:/apache/htdocs. Setelah
apache dijalankan, file atau folder dalam C:/apache/htdocs dapat diakses melalui web
browser dengan menuliskan alamat http://localhost/file_or_folder_name. File
database MySql tersimpan di folder C:/apache/mysql/data.
Untuk sistem operasi Linux (penulis menggunakan Linux Mandrake v.10)
simpan file-file situs Anda di /var/www/html, sedangkan file database MySql akan
tersimpan di /var/lib/mysql. Jika apache sudah berjalan maka file dalam /
var/www/html dapat diakses menggunakan web browser dengan alamat
http://localhost/file_or_folder_name.
Cara termudah mengembangkan situs adalah dengan menggunakan CMS
(Content Management System). Dengan menggunakan CMS Anda tidak perlu
membuat situs dari nol. Anda cukup mengkonfigurasi CMS tersebut agar sesuai
dengan keinginan Anda. Anda tinggal mengisikan data-data yang akan Anda
tampilkan dalam situs Anda. Salah satu CMS yang populer adalah PHP-Nuke
(http://phpnuke.org). CMS ini bisa berjalan segera setelah Anda mengkopikan filefilenya
ke dalam folder yang sudah ditentukan seperti pada keterangan paragraf
sebelumnya dan database untuk PHP-Nuke selesai dibuat serta dikonfigurasi.
Keterangan dan petunjuk instalasinya terdapat dalam paket PHP-Nuke. Anda dapat
dengan mudah menambahkan atau mengurangi fitur-fitur dalam PHP-Nuke, yaitu
dengan cara menginstal dan mengaktifkan modul tertentu, atau dengan menguninstal
atau mendeaktifkannya. Pada umumnya CMS sudah dilengkapi dengan fasilitas login
dan pendaftaran member, pengiriman artikel, buku tamu, data statistik, administrasi
situs, theme, feedback serta beragam fasilitas menarik lainnya.
Kekurangan penggunaan CMS adalah pada tampilannya. Tampilannya
terkesan umum dan mungkin kurang artistik. Untuk mengatasinya, tambahkan gambar
atau animasi dalam halaman Anda atau Anda membuat themes sendiri sesuai dengan
citarasa Anda. Untuk melakukan ini Anda harus mempunyai keahlian desain sekaligus
menguasai bahasa script CMS yang Anda gunakan.
Hosting
Tentunya agar situs Anda dapat diakses oleh orang banyak, Anda harus
menguploadnya. Agar bisa diupload, Anda harus mempunyai host dan agar situs Anda
bisa diakses Anda harus mendaftarkan nama domain Anda misalnya
www.nurulummah.com. Upload adalah proses transfer data dari komputer lokal ke
komputer server atau host. Host adalah server yang menyediakan space untuk
menyimpan file-file Anda, sedangkan nama domain adalah nama situs Anda nantinya.
Host dan nama domain dapat Anda dapatkan dengan gratis. Akan tetapi biasanya akan
ada iklan dari penyedia hosting gratisan, yang tampil di situs Anda. Jika hal ini tidak
Anda kehendaki, Anda bisa menyewa space dan domain pada host tertentu. Untuk
spesifikasi umum dengan space 50 MB harga sewa satu tahun sekitar 250 ribu rupiah.
Sedangkan untuk nama domain harga sewa satu tahun sekitar 100 ribu rupiah. Harga
tersebut sangat bervariasi tergantung penyedianya, untuk silahkan cari informasi di
internet.
Upload
Setelah Anda mempunyai space pada host tertentu, Anda dapat mengupload
file-file Anda. Cara yang termudah dengan menggunakan software ftp (file transfer
protocol). Untuk sistem operasi Windows misalnya wsftp, aceftp dll. Untuk Linux
Anda bisa menggunakan software gftp atau kbear. Untuk bisa terkoneksi dengan host,
Anda perlu memasukkan data hostname, username, password dan port (biasanya port
21) pada software ftp yang Anda gunakan. Hostname, username dan password akan
Anda dapatkan dari host tempat Anda menyewa space
Setelah koneksi terjalin simpanlah file-file situs Anda (tidak termasuk file
database) biasanya di folder public_html pada server. Proses ini akan memakan waktu
cukup lama tergantung besarnya file yang yang Anda upload dan bandwith internet
Anda. Selanjutnya jika Anda menggunakan database, Anda perlu mengimpor file
database dari database Anda di localhost ke database Anda di server. Biasanya dengan
menggunakan cara sql dump. Setelah file situs dan database selesai diupload, Anda
masih perlu mengkonfigurasi database_host, database_username,
database_password dan lainnya tergantung jenis database yang Anda gunakan. Jika
langkah-langkah tersebut tidak ada kesalahan maka situs Anda sudah dapat diakses
menggunakan alamat/nama domain yang sudah Anda tentukan sebelumnya.
Maintenance
Agar situs Anda tetap menarik dan segar, Anda harus merawatnya dan
melakukan update secara berkala. Perawatan bisa dilakukan misalnya dengan
memperbaiki celah keamanan. Atau jika Anda menggunakan CMS, lakukan update
CMS Anda segera setelah keluar update dari situs CMS yang Anda gunakan. Ubah
themes secara berkala agar situs Anda tidak membosankan. Update informasi dalam
situs Anda agar pengunjung bisa menemukan hal yang baru setiap mengakses situs
Anda. Jika Anda ingin mendownload database di server dan memasukkannya di
komputer lokal, lakukan export pada database Anda di server, kemudian import ke
database lokal Anda. Dengan cara ini Anda dapat melakukan administrasi situs
dengan cepat. Akan tetapi tidak dianjurkan melakukan impor pada database server
dari database lokal, dikarenakan mungkin saja data di server yang baru masuk selama
proses administrasi di komputer lokal tertumpuki oleh data lama dari komputer lokal.

Read More......